Kompetensi Guru Agama Mesti Terus Ditingkatkan

  • Whatsapp

PALU EKSPRES, PE – Perubahan zaman yang terus terjadi, mau tidak mau akan mendorong sistem pendidikan untuk turut mengalami perubahan, baik sistem pendidikan nasional maupun global. Untuk menghadapi berbagai perubahan tersebut, para guru dituntut untuk terus meningkatkan kompetensi yang dimilikinya.

Tuntutan ini termasuk bagi para guru Pendidikan Agama Islam (PAI), yang oleh Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Sulteng, H. Abdullah Latopada, bertanggung jawab penuh terhadap pendidikan keagamaan bagi generasi mendatang.

Bacaan Lainnya

“Sistem pendidikan nasional dengan global selalu berubah. Olehnya, harus terus ditingkatkan kompetensi guru termasuk guru PAI, mengikuti perkembangan zaman yang semakin modern. Karena yang bertanggung jawab terkait masalah-masalah agama, pada sekolah-sekolah umum adalah guru agamanya,” ujar Kakanwil, saat membuka kegiatan Peningkatan Kompetensi Guru PAI SMA dan SMK, di salah satu hotel di Kota Palu, Senin 4 September 2017.

Oleh pemerintah dalam hal ini Kemenag, kata Kakanwil, para guru PAI tidak hanya diberikan tanggung jawab, tetapi juga harus diberikan kompetensi-kompetensi yang kekinian atau sesuai dengan perkembangan zaman.

Ia menambahkan, dengan hanya disediakan 3 jam pelajaran bagi mata pelajaran agama di dalam kurikulum, harus dapat betul-betul dimanfaatkan oleh para guru agama, untuk memberikan penanaman nilai-nilai keagamaan kepada peserta didik.

“Pelajaran agama yang hanya diberi 3 jam, jika ditambah guru agama yang tidak bertanggung jawab, maka hancurlah pendidikan agama kita. Tidak boleh lagi ada cerita-cerita, bahwa ada guru agama yang malas,” tegasnya.

Melalui kegiatan peningkatan kompetensi guru tersebut, Kakanwil juga berpesan, agar para guru PAI mampu membuat sebuah terobosan berarti, dalam metodologi pembelajarannya. Guru-guru yang menjadi peserta, diminta untuk dapat mengambil ilmu sebanyak-banyaknya dari para instruktur pelatihan tersebut.

“Mereka (instruktur-red) hanya akan memberikan metodologi, jika kalian mampu membuat metodologi sendiri berdasarkan hasil dari pembelajaran, itu yang paling cerdas. Kecerdasan intelektual semua sudah bisa ditemukan, ciptakanlah kecerdasan sosial dan emosional,” tutur Kakanwil.

Pos terkait