PALU EKSPRES, PALU – BPS Sulteng melaporkan selama Agustus 2017, Kota Palu mengalami inflasi sebesar 0,05 persen dan menempatkan ibukota Provinsi Sulteng pada urutan ke-5 inflasi tertinggi di Kawasan Sulampua dan ke-32 secara nasional.
Kepala BPS Sulteng Faisal Anwar pada press rilis BPS di kantor BPS Sulteng,Senin 4 Agustus 2017, menjelaskan, ada hal menarik pada inflasi bulan Agustus 2017, ternyata garam dapur memiliki andil terhadap inflasi di Kota palu, yakni sebesar 0,04 persen.
Namun secara umum, katanya, inflasi di Kota Palu ini dipengaruhi oleh naiknya indeks harga pada kelompok bahan makanan (1,53 persen), diikuti oleh kelompok kesehatan (0,27 persen), makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,26 persen), sandang (0,24 persen), serta pendidikan, rekreasi, dan olahraga (0,04 persen).
“Sementara pada periode yang sama, penurunan indeks harga terjadi pada kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan (1,80 persen) serta perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (0,05 persen),” ujarnya.
Pada bulan yang sama lanjutnya, inflasi year on year Kota Palu sebesar 5,36 persen. Kenaikan indeks year on year tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 8,90 persen, sedangkan yang terendah terjadi pada kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,31 persen. Inflasi Kota Palu sebesar 0,05 persen berasal dari andil kelompok pengeluaran bahan makanan (0,315 persen), makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,056 persen), sandang (0,012 persen), kesehatan (0,010 persen), serta pendidikan, rekreasi, dan olahraga (0,002 persen).
Sementara andil negatif berasal dari kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan (0,332 persen), serta perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (0,013 persen).
Beberapa komoditas utama yang memiliki andil terhadap inflasi sebutnya, antara lain ikan cakalang (0,14 persen), ikan layang (0,14 persen), daging ayam ras (0,06 persen), cabai rawit (0,06 persen), ikan ekor kuning (0,05 persen), ikan selar (0,05 persen), garam (0,04 persen), semangka (0,03 persen), apel (0,02 persen), dan ikan bandeng (0,02 persen).