PALU EKSPRES, PALU – Perwakilan umat Buddha Sulteng, melalui pimpinan Majelis Agama Buddha Sulteng, menyerahkan bantuan donasi kepada korban tragedi Rohingya Myanmar.
Bantuan senilai Rp6.681.000 tersebut diserahkan Ketua Majelis Agama Buddha Sulteng, Wijaya Chandra, kepada pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Sulteng, Habib Hasan Alhabsyi, di sela-sela aksi solidaritas korban Rohingya, yang digelar oleh FPI bersama dengan beberapa ormas lainnya, di bundaran jalan Hasanuddin Palu, Jumat (8/9).
“Bantuan ini berasal dari pimpinan-pimpinan Majelis Agama Buddha Sulteng, serta yang terkumpul dari anak-anak sekolah Karuna Dipa Yayasan Buddha,” kata Wijaya, saat menyerahkan bantuan tersebut. Bantuan tersebut, bersama dengan bantuan donasi dari masyarakat Kota Palu lainnya, oleh FPI Sulteng akan dikirim ke FPI Pusat, untuk disalurkan langsung ke korban tragedi Rohingya. Secara umum, Umat Buddha Sulteng yang diwakili oleh Wijaya Chandra, sangat menyayangkan adanya oknum-oknum yang menggunakan pakaian kebesaran agama Buddha, melakukan kekerasan terhadap etnis Muslim Rohingya di wilayah Rakhine Myanmar.
“Sesuatu yang sangat memalukan bagi kami, ketika sebuah jubah kehormatan biksu dipakai oleh oknum bernama Wirathu, tetapi dia tidak mencerminkan ketokohannya sebagai agamawan, malah menunjukkan ego yang sangat tidak pantas,” tegas Wijaya.
Sekitar puluhan peserta aksi dari beberapa ormas, di antaranya FPI Sulteng dan Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) Sulteng, menggelar aksi solidaritas terhadap etnis Muslim Rohingya, yang menjadi korban kekerasan di wilayah Rakhine Myanmar. Aksi tersebut digelar usai salat Jumat, di bundaran jalan Hasanuddin.
Usai berorasi dan mendengarkan pernyataan dari perwakilan umat Buddha Sulteng, massa sempat membakar gambar pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi, serta oknum biksu Buddha Wirathu, yang dianggap sebagai dalang kekerasan terhadap etnis Rohingya di Myanmar.
Hasan Alhabsy dalam orasinya menyatakan islam adalah agama mayoritas di Indonesia namun mampu menjaga dan melindungi dengan baik pemeluk agama minoritas.
“Dimana islam mayoritas, disitu minoritas pasti aman,”kata Habib Hasan dalam orasinya. Berbeda menurutnya dengan umat budha di Rachine Myanmar. Budha di negara itu tidak menganggap islam minoritas sebagai manusia. Sekjen FPI Sulteng, Dedi Irawan, juga mengapresiasi kehadiran persekutuan budha itu adalah bentuk solidaritas. Namun dia menyayangkan lambatnya umat budha di Indonesia merespon isu rohingnya.