PALU EKSPRES, PALU – Gelaran Pekan Budaya Indonesia (PBI) tahun 2017, yang digelar di Kota Palu sejak Jumat 22 September 2017, menawarkan beragam pengetahuan bagi para pelajar dan masyarakat Kota Palu. Selain pementasan budaya Indonesia, workshop kesenian, aneka permainan tradisional, serta pameran sejarah, juga terdapat pameran seni rupa, yang menawarkan beragam lukisan untuk dinikmati oleh mata para pengunjung.
Laporan: Imam El Abrar, Palu Barat, Kota Palu
Salah satu lukisan yang menonjol dan cukup menyita perhatian pengunjung, adalah lukisan tentang mitos Wentira, yakni tentang keberadaan sebuah kota gaib yang dihuni oleh para jin, yang terletak di Desa Wentira (masyarakat juga biasa menyebutnya Uwentira atau Uventira). Dalam lukisan tersebut, tergambar sebuah kota mitos Wentira dengan dominasi warna kuning, terhubung oleh sebuah jembatan emas dengan perkampungan atau kota yang dihuni oleh manusia.
Dalam lukisan tersebut juga tampak salah seorang berpakaian adat warna kuning, yang diasumsikan sebagai masyarakat asli Kaili, dan seekor hewan kerbau, yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit.
Lukisan ini merupakan dikonsep oleh seniman remaja asal Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah, bernama Temanku Lima Benua. Gadis dengan sapaan akrab Benua atau Liben (singkatan dari Lima Benua-red) ini, menyebutkan lukisan tersebut mengandung cerita, tentang hubungan antara dunia para jin dan manusia, yang kadang bisa saling terhubung oleh sebuah jembatan tertentu.
“Jika kita lihat dengan mata biasa pasti hanya terlihat tugu bertulis ngapa uwentira dan jembatan, tapi ketika kita menembus lorong waktu dan melewati jembatan emas, yang menghubungkan antara dunia para manusia dan dunia para jin, yaitu kota Uwentira, kita akan dapat melihat kemegahan kotanya kuning keemasan mobil-mobil mewah dan gedung-gedung megah,” jelas Liben, kepada media ini, Minggu 24 September 2017.
Ia juga menggambarkan, bukan hanya manusia yang dapat menyeberang ke dunia jin, namun ada saatnya juga orang-orang Wentira “berkunjung” berkunjung ke dunia manusia.
“Kita gambarkan orang-orang wentira dalam bentuk tak kasat mata. Orang-orang Wentira juga sering melewati jembatan emas, untuk berkunjung ke dunia manusia, membeli suatu barang mewah. Saat diantar manusia, hanya hutan belantara yang terlihat,” tambahnya.
Ia mengaku, konsep mitos yang dituangkan ke dalam lukisan tersebut, didapatkan dari beberapa sumber.
“Dengar dari penuturan warga Palu, baca buku dan baca dari internet,” imbuhnya.
DIBIASAKAN SEJAK KECIL