Muhd Nur Sangadji
Pahlawan di Zaman Now
MESKIPUN sudah lewat, resonansi Hari Pahlawan masih terasa hingga kini. IKA Universitas Tadulako bahkan merencanakan peringatannya di akhir bulan November. Topiknya menarik, “Mencari Pahlawan di Zaman Now”. Hari yang jatuh pada tanggal 10 November itu, sejak lama diperingati oleh bangsa kita. Bangsa besar adalah bangsa yang tahu menghargai jasa para pahlawannya. Begitulah ajaran yang diturunkan dari generasi ke generasi. Tapi pelajaran apa yang harus diwarisi dari para pahlawan?
Inilah hal esensial yang patut direnungkan untuk dipanuti. Pahlawan adalah mereka yang bersedia berkorban bagi bangsa dan tanah airnya. Mereka memberi kepada negara apa yang mereka punya dan atau dengan apa yang mereka bisa. Bentuknya dapat berupa harta, raga bahkan jiwanya. Wujudnya kala itu, berbentuk perlawanan terhadap kaum penindas/penjajah (kolonial). Mereka para pahlawan tersebut, membawa spirit juang tanpa pamrih dan pantang menyerah. Mereka memendam karakter kerelaan, keikhlasan melawan ketidakadilan dengan taruhan nyawa.
Di bawah ancaman bedil dan mesiu kaum imperialis, para pahlawan ini tegas melawan dengan bambu runcing. Berkobarnya keberanian dengan tekad “merdeka atau mati” lah yang memproduksi kata pahlawan. Tentu saja mereka tidak memintanya. Mereka juga pasti tidak berjuang untuk agar kelak disebut pahlawan. Semuanya mengalir seperti darah di sekujur tubuh mereka. Darah itu pula yang mereka tumpahkan untuk Republik yang hari ini kita tempati.
Jadi, kalau kita memperingati Hari Pahlawan di setiap tahunnya, harus ada pertanyaan yang diajukan. Adakah spirit kepahlawanan ini menjiwai sikap hidup kita dalam berbangsa dan bertanah air? Pertanyaan ini makin urgen diajukan, ketika tampak terang benderang sebagai fakta. Fakta tentang anak negeri yang seolah berlomba mengambil dari negara, apa yang bisa mereka ambil. Kecurangan dan kejahatan extraordinary menjamah, menimpah hampir seluruh sendi institusi bernegara.
Kita seolah menjadi bangsa yang tidak punya harapan. Ada perasaan berbeda tapi tidak satu. Lawan dari semboyan Bhineka Tunggal Ika. Ungkapan NKRI seoolah menjadi jargon untuk saling menyudutkan. Berita benar bisa menjadi hoax dan berita hoax menjadi benar. Saat yang begini, kita butuh pahlawan, yang meyakinkan bahwa Indonesia lebih penting dari kelompok dan individu. Itulah pahlawan yang kehadirannya sangat ditunggui. Justru, ketika kita memperingati Hari Pahlawan kali ini, itulah dambaan kita atas lahirnya pahlawan di zaman now. Semoga. (*)