“Kalau saya berpendapat memang ini keresahan yang sudah terakumulasi karena janji untuk segera memindahkan tumpukan debu,” ungkap Dandim.
Dia menambahkan, warga setempat sudah bersatu untuk menyuarakan tuntutan itu. Sehingga jika disebut ada pandangan warga lain yang berbeda, itu kemungkinannya kecil.
“Kalau ada pandangan berbeda dari warga lain, itu mereka takut. Karena pasti saling mencurigai,”jelasnya.
Wakapolres Palu, I Wayan Sudarmatha, berpandangan sama bahwa memang warga setempat telah terprovokasi hingga bersatu menyuarakan tuntutan.
Berdasarkan laporan intel yang ia terima ungkap Wakapolres, warga setempat diprovokasi dengan isu bahwa limbah debu itu sangat beracun. Yang ketika terpapar ke warga langsung menyebabkan kematian.
“Ada ketakutan warga bahwa sejumlah kematian di tempat itu ada kaitan langsung dengan limbah B3,”ujarnya.
Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oknum untuk memprovokasi. Situasi dimana warga tak ingin lagi mendengarkan penjelasan secara teknis terkait dampak limbah.
“Kita pemerintah tidak segera hadir dalam situasi itu. Menjelaskan bahwa limbah itu sudah melalui uji mutu akibatnya provokator yang lebih dulu masuk,”hematnya.
Kajari Palu, Subeno juga sependapat






