PALU EKSPRES, PALU – Kenaikan harga Pertalite yang terjadi sejak 24 Maret 2018 mengerek inflasi April 2018. Inflasi pada bulan tersebut sebesar 0,76 persen. Adapun, bahan bakar minyak (BBM) masuk dalam kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik dan bahan bakar yang memiliki andil terhadap inflasi sebesar 0,04 persen.
“Andil bensin dipengaruhi oleh kenaikan harga Pertalite yang terjadi 24 Maret 2018. Inflasi bensin baru seminggu dialami pada Maret 2018, sisa tiga minggu lebih tercerminnya ke inflasi April yang naik 200 Rupiah,” tutur Kepala BPS Sulteng Faisal Anwar mengawali pemaparan rilis BPS Sulteng, Rabu (2/5), di kantor BPS Sulteng.
Per 24 Maret 2018 katanya, harga Pertalite dan solar non-subsidi naik masing-masing Rp 200 per liter. Harga solar non-subsidi naik menjadi Rp 7.700 per liter dari sebelumnya Rp 7.500 per liter. Sementara harga Pertalite naik menjadi Rp 7.800 per liter.
Sebelumnya harga Pertalite hanya Rp 7.600 per liter. Sejak Januari 2018 Pertamina telah menaikkan harga Pertalite sebanyak dua kali. Pada 20 Januari 2018, Pertamina menaikkan harga Pertalite sebesar Rp 100 per liter menjadi Rp 7.600 per liter.
Alhasil, kenaikan harga pada Maret 2018 ini merupakan kenaikan yang kedua kalinya dalam tiga bulan terakhir.
Selain bensin, komoditas penyumbang inflasi terbesar masih dipegang oleh bahan makanan yakni sebesar 3,50 persen. Pada kelompok bahan makanan tersebut, Ikan Cakalang menjadi penyumbang terbesar terjadinya inflasi di Kota Palu, yakni sebesar 0,28 persen, disusul ikan Selar 0,17 persen serta bawang merah sebesar 0,15 persen.
“Dua komoditas yang memiliki andil terhadap inflasi tapi andilnya di bawah 0,10 persen adalah ikan laying dan bensin tapi masuk dalam lima komoditas penyumbang inflasi,” ujarnya.
Sementara itu, sandang, kesehatan, pendidikan, rekreasi dan olah raga serta transportasi, komunikasi dan jasa keuangan merupakan kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi. Sandang memberikan andil deflasi sebesar -0,39 persen, disusul kesehatan -0,22 persen, pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar -0,03 persen. Terakhir, transportasi, komunikasi dan jasa keuangan memberikan andil sebesar -0,09 persen.