PALU, PE – Munculnya sejumlah gerakan yang disinyalir bertujuan membangkitkan faham komunis di Indonesia, dianggap sebagai upaya memancing rakyat Indonesia untuk tujuan chaos (rusuh). Untung saja sejauh ini, tujuan itu tidak tercapai. Karena aparat TNI/Polri menanggapi dengan tenang. “Kita menggunakan pendekatan manusiawi, jangan terpancing emosi,” ujar Komandan Korem 132 Tadulako, Kolonel Inf M Saleh Mustafa kepada wartawan di ruang tamu Markas Korem 132 Tadulako Palu, Selasa 17 Mei 2016.
Masyarakat pun diminta untuk tidak mengedepankan emosi dengan reaksi yang berlebihan. Termasuk kata dia, tidak ikut-ikutan membantu membagi isu dan berbagi gambar-gambar yang menjurus kepada Partai yang dinyatakan terlarang di Indonesia itu. “Ini memang ada skenario untuk memancing emosi masyarakat. Maka kita harus hati-hati, tidak lagi menggunakan kekerasan,” tandasnya.
“Kita minta masyarakat tetap tenang dan tidak terpancing. Kalaupun mereka menerima gambar dan berbagai bentuk di gadget, ya tidak perlu di share (dibagi) ke mana-mana agar tujuan gerakan itu tidak terwujud,” tandas Danrem kepada wartawan di sela-sela kegiatan tes urin kepada seluruh anggota Makorem 132 Tadulako oleh BNN, di Markas Korem di Palu, Selasa, 16 Mei 2016.
Namun sebagai bentuk antisipasi, Danrem mengimbau untuk tidak mengenakan simbol-simbol partai terlarang itu. “Sebenarnya, kalau mengenakan kaos dengan simbol itu bukan aliran. Tetapi pasti akan dipertanyakan ini berasal dari mana? Maka bila melihat warga mengenakan kaos bergambar simbol itu, kita ambil lalu digantikan dengan kaos yang baru yang tidak menimbulkan pertanyaan,” ujarnya.
Juga soal ajaran leninisme dan marxisme, menurut Danrem bukan hal yang terlarang untuk dipelajari. “Yang dilarang adalah ajaran ateisnya,” ujarnya. Karena kini banyak generasi muda Indonesia yang tak lagi mengenal sejarah buruk dan tragedi akibat partai terlarang ini, lalu ikut-ikutan mengenakan simbol tanpa tahu latar belakang. “Apakah kita akan mundur kembali seperti dulu, setelah kemajuan yang kita capai sekarang?,” tekannya. “Kita tak boleh mundur lagi ke masa lalu,” tandasnya lagi. Makanya, mantan Komandan Batalyon 23 Koppasus ini menegaskan karena itu, ini dilarang ada di Indonesia selain karena fahamnya Juga sejarah kelam yang pernah mencoreng negeri ini akibat gerakan tersebut. (aaa)