Di Sulteng Suspect Narkoba Capai 39 Ribu Lebih

  • Whatsapp

BERANTAS BERSAMA. Komandan Korem 132 Tadulako, Kolonel Inf M Shaleh Mustafa bersama Kepala Badan Narkotika Nasional, Komisaris Besar Polisi,Djoko Marjatno,SE SStMk, SH,berfoto bersama seusai menandatangani nota kesepahaman bersama memberantas Narkoba di Markas Korem 132 Tadulako, Selasa 17 Mei 2016. (aaa)

PALU, PE – Jumlah pengguna Narkotika dan obat-obatan terlarang di Sulteng kini mencapai 39.810 orang. Sulteng sendiri tercatat  diurutan ke 15 dari 34 provinsi prevalensi provinsi narkoba.  Menurut Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Sulteng, Kombes Polisi Djoko Marjatno, SE SStMk, SH di tahun 2015 ada 1.047 orang yang menjalani rehabilitasi.  ”Maka dibutuhkan 38 tahun lamanya untuk merehabilitasi  39 ribu orang tersebut bila  dalam setahun ada 1.047 yang direhab,” ujar Djoko Marjatno di ruang Kantor Korem Tadulako Palu kepada wartawan, Selasa 17 Mei 2016.  Itu pun kata dia, bila jumlah 39 ribu itu tidak terus berkembang.

Apalagi kini, kata Djoko, ada 41 jenis narkoba yang telah dilepas secara terbuka, yang sebelumnya masih terselubung. Namun dari sekian obat tersebut, Djoko menilai yang paling berbahaya adalah jenis narkoba jenis lem yang kini marak beredar di sekitar anak-anak SD. “Lem Fox itu daya hancurnya pada pengguna sifatnya permanen,” tandas Djoko. Bila narkoba lainnya, masih berproses untuk penyembuhan syaraf bila pemakai pulih, tetapi kerusakan akibat lem Fox dipastikan tak bisa dipulihkan kembali.

Produk ini sendiri beredar  dan dijual bebas dengan harga yang sangat terjangkau bahkan oleh  anak-anak Sekolah Dasar. “Ada  yang dalam botol kecil harganya Rp2.500 saja,” ungkapnya. Indonesia memang menjadi tanggap Narkoba karena kini bahkan menyentuh anak-anak berusia dini. “Kami menduga ada kelompok-kelompok tertentu yang memang sengaja mau menghancurkan negara ini karena mereka telah menyerang anak-anak yang masih duduk di SD,” tandasnya.

Menurut dia, ini bahkan bentuk genocide bagi bangsa Indonesia sendiri yang sangat tidak dipahami oleh para pengedar. Sebab, pengedar sendiri hampir pasti tidak menggunakan narkoba. “Mereka mengerti sekali dampaknya,” ujar Djoko. Nyata bahwa ini peredaran narkoba karena menjadi lahan bisnis besar.
Kehadiran Djoko Marjatno dan jajaran BNN Sulteng di Makorem Tadulako hari itu juga dalam rangka kampanye anti Narkoba. Hari itu mulai dari Komandan Korem (Danrem) Tadulako, Kolonel Inf. M Shaleh Mustafa  hingga jajarannya ikut melaksanakan tes narkoba.

Menurut Danrem Shaleh, tes rutin yang dilakukan secara berkala tidak hanya sekadar mencari tahu apakah ada prajuritnya yang berurusan dengan narkoba. Tetapi sekaligus bentuk pencegahan kepada seluruh prajurit TNI untuk tidak terlibat dalam narkoba.

“Kami sering turun ke lapangan, melihat langsung seluruh prajurit hingga ke daerah, apakah ada perubahan-perubahan sikap, perilaku,” ujar Shaleh. Dari perilaku kata dia, bisa menunjukkan indikasi awal apakah prajurit yang bersangkutan menggunakan narkoba atau tidak. Cek rutin semakin gencar karena sesuai dengan perintah Panglima TNI bahwa hingga Juni 2016  TNI akan memberlakukan syarat ketat. “Bila ada prajurit yang terindikasi Narkoba, sanksinya bisa langsung pemecatan,” ujar Shaleh yang baru sebulan bertugas di Palu, Sulteng ini.

Menurut Shaleh, sesungguhnya bahaya latent yang menjadi momok bangsa Indonesia adalah narkoba. Narkoba merusak jiwa dan raga penggunanya. Korem Tadulako dan BNN Sulteng juga menandatangani kesepahaman bersama untuk bekerja sama memberantas narkoba di wilayah Sulteng. “Kami berharap melalui Babinsa bisa melakukan sosialisasi tentang bahaya narkoba ke masyarakat paling desa,” harap Djoko Marjatno. (aaa)

Pos terkait