PALU, PE – Bunda Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sulteng, Hj Zalzulmida A Djanggola meminta kepada orang tua untuk menaruh perhatian penuh pada pendidikan agama anak-anak mereka. Menurutnya, tanggung jawab pendidikan agama harus menjadi perhatian utama orang tua.
” Jangan menyerahkan urusan agama kepada guru dan dosen di sekolah. Ajaran agama dan membangun pondasi agama adalah tanggung jawab orang tua,” tandas Zalzulmida kepada peserta orientasi pencegahan pornografi, pornoaksi dan korupsi yang diselenggarakan Kementerian Agama Sulteng di kantor Kemenag, akhir Pekan lalu. Menurutnya, tanggung jawab sekolah adalah pendidikan dan ilmu pengetahuan.Sedangkan akhlak dan budi pekerti harus dimulai dari rumah.
Menurut Ketua TP PKK Sulteng ini, perilaku menyimpang yang terjadi di Indonesia, pornoaksi, pornografi dan korupsi itu disebabkan hilangnya pendidikan dan ajaran budi pekerti dari orang tua. Anak-anak kehilangan panutan.Padahal kata dia, anak dan remaja itu harus dirangkul bukan dibiarkan tumbuh dan mendapat ajaran dari luar.Para ibu di Sulteng yang memiliki anak usia dini diajak untuk mendidik anak mereka dari rumah. “Kepada anak-anak ini ceritakanlah hal-hal yang berpendidikan, ajaran agama dan contoh para rasul,” ujarnya.
Dia mengingatkan untuk menanamkan sikap pengendalian diri kepada anak sejak mereka usia dini. “Tidak semua kemauan anak harus dituruti. Ajarkan mereka untuk pandai menabung,” tandasnya lagi. Sebab kata Zalzulmida korupsi yang marak terjadi itu akarnya dimulai dari ketidakmampuan mengendalikan diri.
“Tak mampu menahan diri untuk hidup yang sederhana, menyesuaikan kondisi yang ada,” tandasnya. Ibarat kata, “Kalau kita mampunya hanya makan ikan, maka tidak harus memaksakan diri untuk makan daging,” ujar isteri Gubernur Sulteng H Longki Djanggola itu.Jangan memaksakan diri untuk mengikuti gaya hidup dan tren yang terjadi di masyarakat.
Menurut Zalzulmida, tak sedikit oknum ibu pejabat yang berlebihan dalam berbusana. Mengenakan tas keluaran merek ternama. Padahal untuk tas seharga itu tak cukup dengan gaji suami. Akhirnya suami yang menjabat lalu memanfaatkan jabatan itu dengan mengambil dana yang bukan miliknya. “Kasihan suami, karena ingin memenuhi hasrat isteri, lalu berusaha mencari-cari tambahan yang bukan miliknya,” ujar Zalzulmida.
Sebagai mantan kepala dinas, Zalzulmida tahu bagaimana rasanya mengatur keuangan keluarga. “Saya memulai karier dari pegawai rendahan golongan II, suami juga staf biasa. Kami harus pandai mengatur keuangan agar cukup,” tandas mantan Kepala Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja donggala itu.
Hingga keduanya mampu menduduki sejumlah jabatan tertentu menurut Zalzulmida, dia berusaha untuk tidak mau mendapatkan sesuatu dengan melanggar hukum. “Saya takut melanggar aturan,” tandasnya. Dia lalu berbagi tips bagaimana bersikap bila mendapat ‘atasan’ yang ingin melanggar aturan.
Zalzulmida juga berbagi tips mengatur keuangan rumah tangga dalam bentuk pembagian amplop berdasarkan kebutuhan. Gaji suami dibagi dalam 4 amplop, pertama uang untuk pembayaran semua rekening, listrik, kredit, sekolah anak dan lain-lain. Kedua, amplop untuk konsumsi setiap bulan.
“Jumlahnya biasanya lebih besar dibandingkan amplop lain”. Ketiga, amplop untuk biaya sosial, misalnya untuk kondangan. Lalu keempat amplop untuk kesehatan yaitu dana yang disimpan untuk berjaga-jaga bila ada yang sakit. Dari keempat amplop ini, bila pada bulan terakhir ada yang tersisa, maka itu akan menjadi tabungan bagi rumah tangga. “Jadi, tidak usah ikut tren setiap ada uang honor dari suami langsung dibelikan jilbab terbaru,” ujar Ketua Komisi IV DPRD Sulteng ini yang disambut tawa peserta. Intinya, kata dia lagi, kuncinya semua dari rumah tangga. (aaa)