PALU EKSPRES, LUWUK – Iswanto tampak ceriah dikunjungi belasan wartawan, di kebun cabainya, Kelurahan Sisipan Kecamatan Batui Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah.
Ribuan pohon cabai yang terhampar dalam 1 hektare lahan miliknya, siap panen, Selasa 5 Juni 2018. Karena musim penghujan, Alumni Universitas Tompotika Banggai ini menunggu waktu yang tepat untuk memulainya.
Iswanto adalah Ketua Kelompok Tani Sisipan yang baru terbentuk Agustus 2017 silam. Kelompok taninya beranggotakan 20 orang. Kali ini Iswanto mengaku akan memanen dari 800 pohon cabe lokal, yang ia sebut jenis Gorontalo. Iswanto memilih jenis ini karena dipercaya lebih tahan dari jenis lainnya.
“Orang sini juga suka yang lokal, makanya saya kembangkan jenis gorontalo,”kata Iswanto kepada wartawan.
Awal Juni ini, ia memanen untuk yang ke 14 kalinya. Dalam 800 pohon, ia mengaku bisa menghasilkan 30 sampai 40kg cabai.
Lalu menjualnya ke sebuah stocking point di desa sebelahnya. Stocking poin merupakan sebuah lembaga berbentuk koperasi, khusus membeli produksi hasil pertanian dan perkebunan.
Sumber dana koperasi ini berasal dari pinjaman BRI. Tapi penjaminnya adalah Donggi Senoro Liquefied Natural Gas (DSLNG). Stocking point merupakan salah satu wujud pelaksanaan corporate social responsibility (CSR) perusahaan kilang gas terbesar di Indonesia Timur tersebut.
“Harga belinya sesuai dengan harga pasaran,”jelasnya.
Iswanto begitu menguasai pola menanam cabai dengan baik. Jenis-jenis hama perusak pohon dan buah cabai semua ia hapal. Bahkan untuk membuat pupuk organik. Ia menjelaskan rinci.
“Pupuk itukan umumnya NPK. NPK yang saya pakai semuanya hasil racikan sendiri. Fermentasi dari sejumlah tanaman,”jelasnya.
Menurutnya pengetahuan itu ia dapat dalam sebuah pelatihan khusus yang yang juga difasilitasi DSLNG. Pelatihan itupun kata dia merupakan program CSR kilang gas yang bergerak di hilir tersebut.
“Setelah pelatihan itu saya banyak dapat ilmu. Lalu mulai mencoba bercocok tanam cabe ini,”ujarnya.
Kata Iswanto, bercocok tanam cabai, jika digeluti sebenarnya bisa menguntungkan.
“Lumayan hasilnya pak. Sebenarnya kalau ini digeluti, orang-orang kampung sebenarnya tidak perlu susah makan di kampung sendiri,”ujar Iswanto.