Prestasinya itu membawanya ke Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) NTB 2016. Saat masuk PPLP, neneknya tak mengizinkan. Alasannya, tidak ada yang menemaninya.
Wajar, karena dia selama ini tinggal bersama neneknya. ”Saya terus memberikan pandangan kepada nenek supaya diizinkan,” ujarnya.
Guru Sahnun lalu datang memberitahukan kepada neneknya. Yuliana diizinkan ke PPLP. ”Tepatnya, Juli 2016, saya bergabung ke PPLP,” ujarnya.
Satu bulan dia bergabung, nenek Munisah meninggal dunia. Yuliana merasa terpukul. ”Dia (Nenek Munisah, red) yang telah mendidik dan membesarkannya dari SD, meninggal,” ucapnya.
Kepergian neneknya itu membuat gairah berlatih Yuliana sedikit berkurang. Syukur, ada pelatih Dega Mardiansyah yang memberikan spirit. ”Guru Dega yang memberikan semangat ke saya,” ujarnya.
Ya, Oktober 2016, Yuliana mengawali karirnya di panggung nasional. Dia dipercaya mengikuti kejurnas remaja di Jakarta. Atlet yang berumur 18 tahun itu tampil maksimal. ”Di kejuaraan itu saya meraih medali emas pertama di tingkat nasional,” ujarnya.
Kemudian, Yuliana turun di Pekan Olahraga Pelajar Wilayah (Popwil) di Jawa Timur. Latihan keras yang dilakukan Yuliana membuahkan hasil. ”Saya juga mendapatkan emas,” kenangnya. Pada 2017, Yuliana terus mengukir prestasi.
Di kejurnas PPLP di NTB dan Sirkuit Bali-Lombok, dia meraih medali emas. Namun, di Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) 2017 di Jawa Tengah, Yuliana hanya sumbang medali perunggu. ”Saya gagal persembahkan emas untuk NTB di Popnas. Kalah dari pesilat Riau,” bebernya.
Kekalahan itu dijadikan sebagai motivasi bagi Yuliana untuk bangkit. Dia terus menempa diri memperbaiki teknik dan fisiknya.
Pada April 2018, Yuliana mendapatkan panggilan dari PB IPSI mengikuti kejuaraan dunia di Songkhla, Thailand. Di situ dia mampu menunjukkan yang terbaik.
Usai membawa pula label juara dunia itu, Yuliana memang menerima bonus. Dia mengaku mendapat bonus dari pemerintah provinsi NTB Rp 7,5 juta. KONI Lobar Rp 3 juta. Ditambah bonus Rp 2,5 juta dari anggota DPR RI. ”Total ada Rp 13 juta,” bebernya.
Hanya itu saja bonusnya. Tak ada lagi yang lain. Tak ada juga sumbangan tanah dari pemerintah. Bonus ratusan juta dari pemerintah NTB. Juga dari pihak swasta. Padahal, dia juga juara dunia. Juara dengan label atlet NTB dan Indonesia.