Oleh: Tasrif Siara, Praktisi Komunikasi Massa
PEMILU serentak tahun 2019 rasanya telah di depan mata, hanya saja, hajatan pesta demokrasi itu direspon secara beragam, khususnya calon anggota legislatif. Ada yang menghadapinya dengan sikap optimis, juga ada yang merespon dengan sedikit bimbang. Kalau anak-anak remaja bilang galau.
Soal kebimbangan ini tak saja dialami oleh seorang caleg, karena dalam dunia politik juga terdapat sejumlah pemilih yang terkategori bimbang, popular dengan sebutan undecided voters. Atau kita sebut saja pemilih galau. Ini biasanya terjadi pada pemilih pemula atau remaja. Juga terjadi pada pemilih dewasa yang belum bisa menentukan sikap.
Hampir lupa dicatat, yang bimbang ternyata bukan hanya milik caleg dan calon anggota DPD, tapi juga partai politik yang sibuk menentukan pasangan calon presiden. Mereka saat ini lagi bimbang bukan soal siapa calon presidennya tapi siapa calon wakil presidennya. Salah memilih wakil bisa menjadi “malapetaka”. Makanya pendaftaran di KPU dipastikan pada menit-menit terakhir jelang tenggat 10 Agustus 2018.
Orang menjadi bimbang menghadapi pemilu karena model demokrasi di Indonesia ini sangat padat modal. Pada level apapun anda akan bertarung, seperti pada pesta demokrasi, ongkosnya dipastikan sangat mahal. Masalahnya, bertarung dalam dunia politik kalkulasinya tak bisa disetarakan dengan prinsip dagang.
Negara ideal yang mengadopsi model demokrasi itu memang mensyaratkan adanya penguasaan akses ekonomi ke seluruh warga secara setara, dan akses publik lainnya juga harus setara. Sayangnya faktor kesetaraan itu sejak Indonesia merdeka belum dicapai, di sana sini masih terjadi disparitas. Akibatnya perhelatan selebrasi demokrasi kita menjadi mahal atau padat modal, baik yang dikeluarkan oleh penyelenggara pemilu maupun anda peserta pemilu, semua butuh duit banyak.
Namun demikian, dalam perhelatan pesta demokrasi itu terkadang kita menemui sejumlah anomali. Misalnya anda punya modal uang yang banyak belum bisa dijadikan jaminan akan dapat kursi, sebaliknya duit yang sedikit juga bukan berarti anda tak punya peluang untuk tak dapat kursi. Faktor-faktor seperti itulah yang membuat setiap kandidat menjadi bimbang atau galau. Belum lagi sejumlah orang yang bergantian mendatangi anda membawa proposal. Jika tak layani, orang-orang ini akan menebarkan aksi political decay atau pembusukan politik dimana-mana.
Dalam dunia dagang, tanpa studi kelayakan, estimasi keuntungan bisa dikalkulasi, sepanjang anda tidak menyalagunakan modal anda. Sebaliknya, dalam dunia politik berlalu prinsip unpredictable. Tak ada kalkulasi yang bisa tepat prediksi. Termasuk lembaga riset sekalipun hasilnya banyak yang meleset. Tapi bagi politisi sejati pasti memahami jika politik itu adalah seni dari segala yang tidak mungkin..
Untuk para caleg pemula sedari dini harus memahami jika dalam dunia politik itu banyak peristiwa yang kadang sulit diprediksi, makanya mental harus siap. Namun apapun sikap anda, kalkulasi yang rasional tetap harus dikedepankan. Jika anda salah hitung dan mental tak siap, bisa jadi, pascapemilu anda akan berdiri sendiri di atas Jembatan Sungai Palu sembari senyum sendiri menatap arus sungai yang mengalir deras. Saya punya kawan yang gagal mendapat kursi empat tahun lalu, pascapemilu tiba-tiba ia kehilangan selera humor.
Adagium dalam dunia politik berlaku prinsip, tak ada kawan dan lawan yang abadi, kecuali kepentingan. Kepada seorang kawan yang akan bertarung pada pemilu nanti, saya ingatkan, musuh terbesar anda ada dua, yang pertama diri anda sendiri, dan kedua kawan separtai anda.
Musuh anda adalah diri anda sendiri karena terkadang seorang kandidat memiliki mekanisme pertahanan diri yang lemah. Biasanya sangat mudah terkulai oleh mimpi-mimpi yang dibangun oleh orang lain yang meniupkan optimisme berlebihan hingga gampang tergiur dengan buaian mimpi yang tak realistik. Orang seperti inilah yang sering ditemui menendang-nendang kaleng kosong di tengah jalan karena gagal merebut kursi. Kedua, teman separtai juga harus diwaspadai, karena lengah sedikit posisi anda akan bisa diterkam.
Apapun sikap anda hari ini, apakah optimis atau diliputi setangkup kebimbangan, ada pesan dari bekas Perdana Menteri Inggris yang perlu dipahami, namanya Sir Winston Leonard Spencer Churchill, beliau mengingatkan, dunia politik dan dunia perang sesungguhnya sama kejamnya, namun dunia politik lebih kejam, dalam perang orang hanya mati sekali, tapi dalam dunia politik orang bisa mati berkali-kali. ***