PESAN EKOLOGIS PADA RITUAL IDUL ADHA

  • Whatsapp
Nur Sangaji

Namun, andaikata jumlah manusia tetap 10 Orang sedangkan jumlah hewan ternak tinggal 10 ekor. Maka,  pilihan ekploitasi optimalnya adalah 8 ekor dengan tetap menyisakan dua ekor jantan betina.  Namun,  jumlah perolehannya tidak cukup lagi untuk se ekor per Orang.

Jika kita berkehendak  mengembalikan populasi ke angka 12 ekor agar setiap orang bisa dapat 1 ekor maka menyisakan 2 ekor manjadi terlalu sedikit. Butuh waktu terlalu lama ke titik seimbang.

Bacaan Lainnya

Oleh Karena itu, manusia harus berkorban dengan memperkecil perolehannya. Misalnya dengan berbagi 2, 3 dan seterusnya orang untuk satu ekor saja. Itu artinya, dari 10 ekor, kita harus sisakan 4, 6 atau 8 ekor. Pada saat inilah, kita sedang berfikir tentang kepentingan alam (ekosentris). Dan, pilihan ini diambil agar manusia kembali bisa menikmati 1 ekor per Orang (anthroposentris).

Jadi, pandangan harmonisasi dan kelestarian bisa diseimbangkan hingga limit waktu tertentu. Sesudahnya,  ketika kita harus memilih antara manusia dan alam dalam batas yang tidak mungkin dielakan, maka selamatkanlah manusia. Tapi sekali lagi, ini jika dan hanya jika, dalam batas yang tidak mungkin dihindari.

Itulah sebabnya, sembelihan Ibrahim atas anaknya Ismail (baca :manusia), Allah gantikan dengan domba (baca : alam). Dalam iktiar yang saya bangun, mungkin begitulah pesan ekologis dalam ritual  peristiwa idul adha ini. Dalam batas pilihan penghabisan, hewan atau alam boleh dikorbankan untuk selamatkan manusia. Selamat ber idul qurban. Darah dan dagingnya untuk kita, pahala ta’wa nya di sisi Allah SWT. Wallahua’lam bisawab.

Pos terkait