Oleh : Nur Sang Adji.
Satu waktu saya mendengar masyarakat di kepulauan Togean pernah mengeluh. Mengapa binatang lebih dilindungi dari pada kehidupan kami ? Waktu itu, saya ikut serta dalam satu program badan internasional untuk Indonesia, Conservation for Indonesia (CI). Badan ini berkampanye selamatkan sumber daya alam kepulauan Togean, Sulawesi Tengah, Indonesia.
Dengan sedikit marah, masyarakat itu protes, mengapa kami tidak boleh ini, tidak boleh itu ? Sementara, semuanya adalah kegiatan ekonomi kami. Ini nenyangkut soal mati hidup kami. Wilayahnya adalah ruang nafkah untuk kami dan anak cucu. Kalau semua tidak boleh, lalu bagaimanaa kami bisa hidup. Lantas, kami harus makan apa.? Demikian kerasnya benturan sosial dalam upaya konservasi alam di sini.
Sesungguhnya, hal begini bukan persoalan baru. Ini berkaitan prioritas dalam cara berfikir. Mana yang lebih kita pentingkan menurut pandangan ekologis. Mementingkan manusia (antoposentris) atau alam (ekosentries). Sering orang membuatnya menjadi versus. Seolah olah kalau salah satu yang dipilih maka hancurlah yang lain. Misalnya, kalau kita memilih manusia maka alam kita korbankan atau sebaliknya. Manusia yang kita nistakan saat alam yang kita pilih.
Padahal, kalau kita berfikir seimbang (equilibrium), keduanya bisa berbareng saling menopang. Karena kita berfikir mementingkan kehidupan manusia, maka alam harus kita jaga. Semuanya, agar alam bisa melayani hidup kita secara terus menerus (continuity ecosystem services). Kalau kita pentingkan alam, maka pilihan itu diambil karena kita ingin melindungi manusia.
Bila sumberdaya masih tersedia cukup maka kurva exploitase akan bergerak ke arah maksimalitas garis batas optimal. Ini untuk penuhi kebutuhan manusia (anthroposenris). Tapi, bila sumber daya telah berkurang maka kurvanya harus bergerak ke arah menimalitas. Ini untuk penuhi kebutuhan alam (ekosentris).
Analogi kongkritnya bisa kita contohkan pada kebutuhan manusia akan hewan. Saya memilih hewan karena bertepatan dengan idul adha. Jika jumlah manusia 10 orang dan jumlah hewan yang tersedia 12 ekor. Maka batas pengambilannya adalah 10 ekor. Setiap orang akan mendapatkan 1 ekor. Disisakan dua ekor jantan dan betina untuk jaminan ketersediaan. Selanjutnya kita akan menunggu jumlah 2 ekor tersebut berkembang biak hingga mencapai 12 ekor kembali. Batas maksimum yang optimal ini yang mungkin dapat diterjemahkan dari formula MSY (maximum sustainable yield).