Ibrahim Sembelih Keegoan,  Wariskan Pendidikan Toleransi

  • Whatsapp
zainal

Prof Dr H Zainal Abidin MAg  menyampaikan khutbah di Masjid Al-Ikhlas Kabupaten Sigi, Rabu (22/8/2018), dengan judul ‘refleksi semangat Idul Qurban dalam memperkokoh keimanan yang toleran, mewujudkan masyarakat yang harmonis’.

Dalam khutbahnya, ia mengatakan Ibrahim mendapat perintah untuk menyembelih Ismail, putra kesayangannya, putra yang begitu lama ditunggu dan dirindukan. Putra satu-satunya yang diharapkan melanjutkan keturunannya justru harus disembelih dengan tangannya sendiri.

Bacaan Lainnya

Perintah itu wajib dilaksanakan, kecintaan Ibrahim pada putranya tentu tak dapat diragukan, akan tetapi cintanya kepada Allah melebihi segalanya. Perintah itu dilaksanakan walau dengan bersimbah air mata.

Perintah yang maha berat itu, menggetarkan alam malaikat. Para malaikat bertasbih penuh takjub menyaksikan betapa di bumi ini ada dua orang hamba, ayah dan anak, yang mampu mengorbankan segala cinta duniawinya demi meraih cinta Ilahi. Dan, karena kepatuhannya itu, Ibrahim kemudian digelari oleh Allah sebagai Khalilullah,

Ibrahim telah menjadi pelajaran kepada kita, bahwa hanya orang-orang yang tahan ujian dan cobaan yang mampu menghadapi kehidupan dan bisa menjadi orang berguna.  Karena tak ada manusia besar dan berguna lahir dari sebuah keluarga yang santai dan tidak pernah mengalami rintangan dan hambatan dalam menghadapi sesuatu.

Alqur’an melukiskan dalam bentuk dialog antara Ibrahim dengan anaknya, Ismail, yang masih muda belia. Kala Ismail menginjak usia muda, Ibrahim berkata pada anaknya: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi, aku akan menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu”.

Sungguh di luar dugaan, Ismail yang masih polos itu menjawab spontan tanpa berpikir panjang: “Wahai ayahku kerjakanlah apa-apa yang diperintahkan oleh Allah. Engkau akan dapati aku Insya Allah tergolong orang-orang yang sabar”.

Dalam kisah ini tergambar ajaran dialog dan keterbukaan. Walaupun perintah itu dari Allah Ibrahim tidak lalu berlaku semena-mena sekehendak hatinya meski terhadap anaknya sendiri, miliknya sendiri yang dapat diperlakukan semaunya.

Ibrahim justru memberikan kesempatan kepada anaknya untuk mengajukan saran agar diperoleh kata sepakat. Ini adalah contoh teladan yang harus dipraktekkan oleh setiap orang tua yang hidup di zaman ini. Begitu pula setiap anak harus mencontoh kepatuhan, kerelaan dan ketaatan serta kesetiaan Ismail kepada orang tuanya.

Pos terkait