PALU EKSPRES– “Sebelum krisis, saya punya pekerjaan yang bagus. Saya menjadi resepsionis di sebuah perusahaan yang cukup besar,” kata Carolina (30) di Cucuta, kota perbatasan Venezuela dan Kolombia.
Tak pernah sekali pun Carolina membayangkan akan menyeberangi perbatasan dan bekerja sebagai pekerja seks komersial (PSK) di Kolombia. Namun krisis yang menimpa Venezuela terus memburuk selama lima tahun terakhir. Nyaris tak ada yang tersisa untuk bertahan hidup. Perusahaan tutup, bisnis bangkrut, pengangguran di mana-mana.
Kelaparan, kemiskinan dan ketidakpastian ekonomi membuat lebih dari 2,3 juta orang meninggalkan Venezuela dan mencari kehidupan di negara tetangga seperti Kolombia, Brazil atau Equador.
Tanpa visa kerja, tak bisa bekerja di sektor formal. Ijazah dan pengalaman kerja mereka tak berarti apa-apa. Andrea (26), seorang wanita Venezuela menyebut menjadi PSK adalah jalan terakhir untuk memberi makan anak-anaknya.
“Jika saya tak bekerja seperti ini, anak-anak saya tak makan,” katanya kepada Reuters.
Investigasi Sky News menemukan fakta di sebuah rumah bordil di Cucuta, ada 60 wanita. 58 Orang berasal dari Venezuela, dan hanya dua yang merupakan warga Kolombia. Hampir seperti ini di setiap lokalisasi.
Jika mendapat tiga orang pelanggan, sehari Carolina dan Andrea bisa mendapat USD 30 atau sekitar Rp 450.000. Dia akan menabung sebagian uang itu dan membelikan makanan untuk keluarganya di Venezuela.
Jumlah yang didapatnya cukup besar jika dibanding dengan pendapatan warga Venezuela yang rata-rata cuma USD 21 atau sekitar Rp 300.000 per bulan. Dengan langkanya makanan, uang sebesar itu hanya bisa membeli sekarung tepung atau sekotak telur di pasar gelap.
Sebagai perbandingan, seorang PSK di Caracas Venezuela cuma dibayar USD 1 atau Rp 14.900 sekali kencan.
Dokter, insinyur dan guru jadi PSK
Pengakuan seorang pemilik rumah bordil di wilayah Arauca Kolombia lebih mengejutkan lagi. Dia mengaku banyak wanita terhormat di Venezuela yang kini bekerja sebagai PSK.
“Kami punya banyak mantan guru, beberapa dokter dan satu insinyur perminyakan,” kata Gabriel Sanchez pemilik rumah prostitusi itu kepada Miami Herald.