PALU EKSPRES, JAKARTA– Pergerakan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar
Amerika Serikat (AS) diprediksi akan terimbas dari perdagangan valas
global. Rupiah dalam perdagangan hari ini berpotensi stagnan dan
cenderung dapat kembali melanjutkan pelemahannya.
Analis CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, meski dari
dalam negeri cenderung bernada positif namun, secara teknikal batas
middle bollinger band telah terlewati sehingga membuka peluang penurunan.
“Diperkirakan Rupiah akan bergerak di kisaran 14.605-14.589.
Diharapkan masih adanya sentimen positif terutama dari dalam negeri
dapat menahan pelemahan tersebut,” ujarnya di Jakarta Rabu
(12/12/2018).
Reza menjelaskan, meski sentimen dari dalam negeri masih ada yang
positif namun, tidak juga membuat laju Rupiah berbalik menguat.
Justru sebaliknya dimana cenderung kembali melemah.
“Sentimen positif dari langkah Bank Indonesia (BI) untuk mengerahkan
semua amunisi intervensi, mulai dari intervensi dan lelang DNDF,
intervensi pasar spot dan pembelian SBN di tengah gejolak kondisi
global hingga pernyataan Menteri Keuangan, Sri Mulyani, yang akan
fokus pada 6 hal dalma APBN 2019 belum cukup direspons baik oleh
Rupiah,” tuturnya.
Adapun 6 hal itu, kata Reza, yaitu peningkatan kapasitas Sumber Daya
Manusia (SDM), penguatan infrastruktur, peningkatan efektivitas
perlindungan sosial, pelaksanaan agenda demokrasi, penguatan
birokrasi yang efisien dan efektif, serta penanggulangan dan mitigasi
bencana.
Sementara itu, pelemahan Rupiah juga turut berimbas pada kondisi
global seperti mundurnya Gubernur Bank of India, Urjit Patel, yang
membuat Rupee melemah hingga berbalik menguatnya laju EUR seiring
pemberitaan langkah PM Inggris, Theresia May, yang sedang mencari
dukungan pada Uni Eropa untuk merubah kesepakatan Brexit yang baru.
(mys/JPC)