PALU EKSPRES, JAKARTA- Pertumbuhan ekonomi Indonesia di sepanjang 2018 diperkirakan bakal mencapai 5,15 persen. Angka ini bakal lebih tinggi dibanding pertumbuhan 2017 yang mencapai 5,07 persen.
Itu artinya, pertumbuhan ekonomi dalam negeri bakal menjadi yang tertinggi sejak era kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sekedar informasi, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2014 sebesar 5,01 persen, 2015 sebesar 4,88 persen, dan 2016 sebesar 5,03 persen.
“Pertumbuhan ekonomi diperkirakan 5,5 persen sepanjang 2018. Pertumbuhan ekonomi masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh dikisaran 5 persen,” kata Ekonom di Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira kepada JawaPos.com, Selasa (5/2/2019).
“Sementara itu, belanja Pemerintah meskipun porsinya hanya 9,5-10 persen dari PDB menjadi penopang utang sepanjang tahun 2018,” tambahnya.
Bhima mengatakan, faktor-faktor seperti belanja infrastruktur, belanja sosial PKH, dana desa serta persiapan untuk pemilu diharapkan dapat menopang pertumbuhan ekonomi di 2019.
Hanya saja, lanjut Bhima, komponen net ekspor yang melemah akibat dampak perang dagang masih akan menjadi tantangan. Selain itu, tingginya impor BBM dan pelemahan harga komoditas juga akan ikut menggangu laju pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
“Kinerja investasi pun sulit untuk diandalkan karena data realisasi investasi hanya tumbuh 4,1 persen yoy sepanjang 2018,” tandasnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) pada Rabu (6/2/2019), bakal mengumumkan realisasi pertumbuhan ekonomi di 2018. Pada kuartal III-2018, ekonomi Indonesia berhasil mencapai 5,17 persen.
(han/jpc)