PALU EKSPRES, JAKARTA– Keahlian atau skill disebut jadi penyebab masih tingginya angka kemiskinan dan ketimpangan di Tanah Air. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri saat memberi sambutan dalam Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Balai Latihan Kerja (BLK) Komunitaas Tahap I Tahun 2019 di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Rabu (20/2/2019).
“Bapak Presiden (Jokowi), salah satu penyebab kemiskinan dan ketimpangan karena kemiskinan dan ketimpangan skill. Kenapa orang miskin, karena pendapatan rendah, karena pekerjaannya tidak berkualitas, karena pendidikan rendah, skill tidak punya,” kata Hanif.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat persentase angka kemiskinan per September 2018 kembali mengalami penurunan menjadi 9,66 persen dari posisi Maret sebesar 9,82 persen.
Jika dilihat angkanya maka jumlah orang miskin di Indonesia menjadi 25,67 juta orang dari yang sebelumnya 25,95 juta orang.
Sementara itu jumlah pengangguran berkurang 40.000 orang dalam setahun terakhir atau pada 2018 lalu, sejalan dengan turunnya tingkat pengangguran terbuka ke angka 5,34 persen pada Agustus 2018.
Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2018 sebanyak 131,01 juta orang, naik 2,95 juta orang dibandingkan dengan Agustus 2017. Sejalan dengan itu, tingkat partsipasi angkatan kerja (TPAK) juga meningkat 0,59 persen poin.
Meski mengalami penurunan, angka itu masih cukup tinggi. Oleh karena itu, Hanif mengatakan jika Presiden Jokowi terus mendorong percepatan program pendidikan vokasi. Roadmap tentang pendidikan vokasi sudah rampung dikerjakan.
“Itu kenapa pak Jokowi menggenjot vokasi. Tujuannya agar Indonesia punya SDM terampil dan berkualitas dengan jumlah yang memadai dan persebaran di daerah dan relatif merata,” tuturnya.
Dia optimis, program pendidikan vokasi dapat mendorong peningkatan daya saing ekonomi Indonesia dengan negara lain. “Dengan SDM berkualitas dan berdaya saing, Indonesia bisa melangkah maju menjadi negara ekonomi Empat besar dunia,” tandasnya.
(han/jpc)