Mardiani: Keluarga Adalah Energiku

  • Whatsapp

 

Kunci Sukses Berkarir Ala Mardiani Mangun, Ketua IBI Sulteng
TANGGUNGJAWAB, tugas dan pekerjaan tentu membutuhkan energi dan dukungan yang besar.  Bukan hanya dari dalam diri sendiri tetapi juga dari orang-orang di luar diri kita. Khususnya mereka yang di sekitar hidup kita.
Itulah yang dirasakan Mardiani Mangun, perempuan energik yang akrab disapa Nona.
Dalam kesehariannya, sejatinya, ibu dua anak ini adalah seorang dosen jurusan kebidanan pada Poltekkes Palu. Namun, dia juga dipercayakan oleh para bidan se-Sulteng sebagai Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Cabang Sulteng. Sebuah organisasi yang mewadahi seluruh perjuangan para bidan menuju bidan yang berkualitas dan terpercaya.
Ngobrol soal tanggungjawab, Nona mengibaratkannya dengan istilah, enak-enak sakit. “Ada sakitnya, ada enaknya,” tukas perempuan yang pernah bercita-cita menjadi dokter.
Yah, karena baginya tak ada tanggungjawab yang tak disertai dengan sebuah kinerja dan kesetiaan bahkan pengorbanan.
Mengenai semua ini, perempuan yang berulangtahun setiap 22 Januari ini membeberkan pengalaman haru yang sangat membekas hingga membuatnya sering meneteskan air mata.
Itu ketika nuraninya sebagai seorang ibu dan tanggungjawabnya sebagai pendamping para bidan diuji dalam sebuah waktu yang bertepatan sama.
Saat itu tepatnya kata dia pada 2008, ketika putra bungsunya, Satrio Dwi Ramdhani harus terpaksa dilarikan ke rumah sakit gara-gara DBD (Demam Berdarah Dengue) dan diopname selama tiga hari.
“Padahal, di hari itu saya harus berangkat ke Makassar mendampingi para bidan untuk program Training of Trainer (TOT) yang merupakan program dari pusat. Saya ditunjuk oleh Dinkes Sulteng untuk itu,” kenang perempuan yang juga menjabat sebagai Ketua Koordinator Wilayah (Korwil) Asosiasi Pendidikan Kebidanan (Aipkind) Sulteng.
Di saat itu, dia dihadapkan dengan dua pilihan yang sangat sulit. Yakni antara anak dan tanggungjawab.
“Saya dengan berat hati namun saya kuatkan hati saya, saya mohon pamit sama anak saya untuk ke Makassar. Padahal saya tahu, saat itu harusnya saya yang berada di sisi dia untuk menguatkan dia,” kenangnya haru.
Tak disangka, dilematis yang sangat membingungkan itu justru dipatahkan oleh sang buah hati yang dengan tegar malah memberikannya dukungan sangat luar biasa untuk melanjutkan tanggungjawabnya yang sudah dipercayakan kepadanya.
“Saya semakin terharu. Saya peluk dia erat-erat dan saya katakan, kamu anak mama yang hebat. Tidak manja dan pasti kuat,” begitu dia mendengar penuturan putra kesayangannya itu.
Dari situlah, Nona semakin merasa yakin bahwa tak ada prestasi dan keberhasilan yang diraih bila tanpa dukungan dan pengorbanan bahkan dari mereka-mereka yang menyayangi.
Ketegaran hatinya pun serentak semakin kuat setelah para dokter dan paramedis yang merawat putranya memastikan bahwa kondisi putranya akan segera membaik.
“Saat itu saya berterimakasih sekali buat kedua orangtua, saudara-saudara saya juga dokter dan perawat yang merawat anak saya. Mereka juga membuat saya tenang saat berangkat ke Makassar,” ujarnya.
Dalam banyak hal, Nona mengaku keluarga menjadi segala kekuatan energi baginya. Dukungan keluarga sangat besar. Itu juga pernah dirasakannya saat dia harus mengikuti pendidikan dan pelatihan khusus ke Australia bersama sejumlah bidan Se Indonesia pada 1998.
Nona menjadi salah satu di antara peserta yang lolos tes di Makassar untuk program Trainer Midwife yang merupakan kerjasama pemerintah Indonesia-Australia. Saat itu, dia terpaksa harus meninggalkan putri pertamanya yang masih batita untuk mengikuti program khusus tersebut di Darwin University.
“Saya betul-betul rasakan bahwa, kalau tanpa keluarga itu pasti juga saya tidak bisa seperti ini. Saya bersyukur sekali punya kedua orangtua yang sangat modern pola pikirnya. Kami lima bersaudara, laki-laki hanya satu. Tetapi, mama-papa tidak pernah pilih-pilih kasih. Orangtua selalu terapkan kesetaraan gender untuk kami berlima. Jadi, semuanya didukung dalam hal apapun selama positif,” ujarnya bersyukur.
Sebagai seorang bidan juga seorang penanggungjawab organisasi kebidanan, Nona selalu mengimbau rekan-rekan seprofesinya agar selalu mengedepankan sikap peduli dan  tolong menolong.
Perempuan kelahiran Poso, yang hobi membaca ini selalu berharap, bidan tak hanya sekadar menjalankan tugas medis menolong ibu dalam proses kelahiran, namun, lebih dari itu bidan diharapkannya bisa menjadi pencerah bagi kaumnya sendiri.
“Agar para ibu juga bisa meningkatkan derajat kesehatan mereka dan bayi mereka. Bidan juga harus bisa menjadi pendidik masyarakat untuk urusan kesehatan ibu dan anak,” harap perempuan yang pernah bertugas di Puskesmas Tagolu, Kecamatan Lage, Poso Kota Selatan.
Dalam sejumlah tanggungjawabnya saat ini, Nona juga menyampaikan terimakasih dan dukungannya kepada rekan kerjanya baik di Poltekkes maupun di IBI, khususnya Direktur Poltekkes Palu, Nasrul SKM MKes yang disebutnya sebagai pemimpin yang penuh pengertian.
“Kalau tidak ada dukungan mereka-mereka juga tentu tidak bisa menjalankan semua tanggungjawab yang ada saat ini. Saya berterimakasih buat semuanya. Teman-teman saya, juga pak Direktur Poltekkes,” ujarnya menutupi obrolan. (mariasandipu/nadiafebrianti)

Tentang Mardiani Mangun
Nama Lengkap: Mardiani Mangun,SsiT, MPH.
Riwayat Pendidikan:
*Lulus SPK Palu 1983
*Lulus Akper Palu, 1991
*Akper Keguruan Tidung, Makassar (1994)
*Program Pendidikan dan Pelatihan Trainer Midwife di Darwin University, Australia (1998)
Riwayat Jabatan dan Organisasi
*Plt Pudir III (Membidangi Kemahasiswaan) Poltekkes Palu (2002)
*Pudir I (Membidangi Akademik) Poltekkes Palu (2002-2005)
*Ketua Prodi D4 Khusus Kebidanan Poltekkes Palu (2010)
*Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Sulteng (2013-2018)
*Ketua Korwil Asosiasi Pendidikan Kebidanan (Aipkind) Sulteng (2012-2016)

Pos terkait