PALU EKSPRES, PALU – Kelangkaan tabung elpiji 3Kg bersubsidi di Kota Palu masih terjadi hingga Rabu 8 Mei 2019. Ratusan warga terlihat mondar – mandir mencari pangkalan dan kios kios pengecer tabung berwarna melon tersebut.
Ratusan warga bahkan terlihat mengantri di halaman kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Palu, Jalan S Parman.
Di tempat ini memang dilaksanakan operasi pasar elpiji melon.
Warga yang dominasi kaum “emak-emak’ terlihat harus rela menunggu lama demi mendapat tabung sesuai harga eceran tertinggi (HET) yakni Rp16ribu per tabung.
“Mau dibeli di kios kios juga tidak ada pak.
Jadi kami ke tempat ini,”kata seorang emak di lokasi pasar murah Disperindag.
Hingga pukul 12.00Wita antrian terpantau semakin banyak. Sebagian warga mengaku sudah mengantri sejak pagi agar bisa kebagian.
Meski begitu warga tetap terlihat tertib menunggu sampai pasokannya datang.
Kepala Disperindag Palu, Samsul Saifudin, kepada Palu Ekspres menjelaskan pihaknya memang kebetulan menggelar pasar murah di halaman kantor.
Namun karena mengingat juga terjadi kelangkaan pasokan elpiji, maka pihaknya langsung menggandeng satu distributor penyalur elpiji melon untuk menggelar operasi pasar khusus tabung elpiji bersubsidi.
“Ada satu distributor di wilayah ini yang kami libatkan,”kata Samsul.
Menurutnya, pasar murah tabung elpiji melon tersebut hanya dikhususkan bagi warga sekitar area kantor Disperindag.
Setiap warga yang datang akan diseleksi berdasarkan alamat dalam KTP warga. Sebab kata Samsul, stok yang ada pada distributor tentunya tidak mampu melayani pembelian dalam jumlah besar.
“Untuk warga sekitar sini saja
Mereka membawa KTP. Sedangkan kriteria penerima saya kira sudah diketahui oleh distributor,”ujarnya.
Dia berencana, operasi pasar elpiji ini akan diteruskan sampai dengan pasokan kembali normal.
Menanggapi seringnya kelangakan stok elpiji subsidi, Samsul menyebut salahsatu penyebabnya karena pengguna yang tidak tepat sasaran. Elpiji subsidi kata dia sebenarnya hanya diperuntukan bagi warga yang penghasilannya tidak sampai Rp1juta dalam sebulan.
Sementara kenyataan yang terjadi, tabung melon subsidi justru lebih banyak digunakan kalangan usaha kecil menengah (UKM). Seperti usaha rumah makan Sari laut, peternakan dan industri lainnya.
“Saya kira itu masalah utamanya. Kalau seperti usaha Sari laut, itukan penghasilan pasti lebih dari satu juta dalam sebulan.
Harusnya tidak boleh pakai yang subsidi,”ujarnya.
Samsul berhemat, masalah kelangkaan sebenarnya bisa diatasi jika masyarakat atau pihak-pihak yang tidak berhak menyadari untuk tidak menggunakan tabung subsidi tersebut.
“Saya kira itu bisa jadi solusi,”pungkasnya.
(mdi/palu ekspres)