Tak lama lagi pemilihan Gubernur Sulawesi Tengah bakal dihelat. Sejumlah birokrat dan politisi sudah mulai ancang-ancang. Ada yang masih malu-malu, ada yang mulai unjuk diri.
Mohammad Hidayat Lamakarate, Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Tengah adalah satu sosok yang terang-terangan menyatakan diri untuk maju. Ia juga mengaku mendapat dorongan dari Gubernur Longki Djanggola. Tentu maju sebagai Calon Gubernur. Ia dipastikan akan melepas jabatannya sekarang.
Lalu ada Bendahara Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Nasional Demokrat, Ahmad Hi. Ali. Meski belum menyatakan diri untuk maju, sejumlah pihak melihatnya tengah menyiapkan diri.
Ada pula kabar bahwa mantan Walikota Palu, Rusdi Mastura juga bersiap diri. Itu bila Ahmad Hi. Ali tak berniat bertarung.
Selain ketiganya, orang kini ramai membicarakan posisi Calon Wakil Gubernur. Ada Wakil Wali Kota Palu Sigit Purnomo Said, mantan Bupati Banggai Ma’mun Amir, mantan Bupati Morowali Anwar Hafid dan juga mantan Anggota Dewan Perwakilan Daerah Nurmawati Dewi Bantilan.
Bila menilik pada kemampuan dan pengetahuan juga pengalaman, rasanya menjodohkan Mohammad Hidayat Lamakarate – Anwar Hafid patut dipertimbangkan.
***
Menilik Mohammad Hidayat Lamakarate
Coba kita simak uraian riwayat hidup kedua tokoh ini. Kita mulai dari Hidayat.
Dari pohon keluarga, Hidayat tergolong unik. Memiliki keluarga besar di Sigi dan Lembah Palu pada umumnya dari garis ayah Baso Lamakarate. Lalu memiliki rumpun keluarga besar Tandjumbulu di Ampana, Tojo Unauna dan sekitarnya. Bahkan memiliki kekerabatan kuat dengan sejumlah pemukim asli di Parigi melalui garis perkawinan keluarga.
Lahir di Palu, 8 Oktober 1970, Hidayat menjalani pendidikan SD hingga SMA di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Alumni SMA Negeri 2 Palu ini lalu melanjutkan sekolah di Akademi Pemerintahan Dalam Negeri, Makassar, Sulawesi Selatan. Kemudian melanjutkan ke Jurusan Politik, Institut Ilmu Pemerintahan Jakarta. Magister Sosiologinya didapat dari Universitas Padjajaran, Bandung, Jawa Barat. Gelar Doktor dalam Ilmu Sosial Bidang Kajian Utama Administrasi Publik diraihnya dari Universitas Tadulako.
Sebagai birokrat, karirnya termasuk cemerlang. Pada 2003-2006, ia menjadi Camat Palu Timur. Lalu menjadi Kepala Bagian Kepegawaian Kota Palu pada 2006-2007. Pada 2007-2009, ia dipercaya menjadi Kepala Bidang Pengembangan Karir Badan Kepegawaian Daerah Kota Palu. Pada 2009-2010, ia menjadi Sekretaris DPRD Kota Palu. Ia juga pernah menjadi Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Palu pada 2010-2012.
Pada 2012, ia dipanggil Gubernur Sulteng Longki Djanggola menjadi Kepala BKD Provinsi Sulteng. Lalu dengan pertimbangan kecakapan dan kemampuannya, pada 22 April 2013, ia ditunjuk menjasi Penjabat Bupati Banggai Laut, daerah otonomi baru pecahan dari Banggai Kepulauan.
Saat Kota Palu menghelat Pemilihan umum kepala daerah pada 2015, ia ditunjuk menjadi Penjabat Walikota. Puncaknya pada 11 Agustus 2017, ia dilantik sebagai Sekdaprov Sulteng.
Penyuka olahraga diving ini, juga sangat suka pada tanaman. Saat menjadi Penjabat Bupati Banggai Laut, ia menata alun-alun kota menjadi ruang terbuka hijau yang saat ini dinikmati oleh warga setempat. Saat menjadi Penjabat Walikota Palu, Taman Vatulemo yang lama tak diperhatikan kembali ditatanya.
Membincangkan Anwar Hafid
Bagaimana pula jejak langkah Anwar Hafid? Ia tergolong pejabat yang membumi. Dua periode ia memimpin Kabupaten Morowali dengan sejumlah program pro rakyat.
Sosok lelaki yang selalu suka berkopiah hitam ini lahir di Wosu, Bungku Barat, Kabupaten Morowali, pada 14 Agustus 1968 dari pasangan H. Abdul Hafid dan Hj. Misrah. Mantan Asisten Bagian Pemerintahan Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan ini beristrikan Nirwanti Bahasoan.
Anwar mengawali kariernya di dunia politik pada 2007 saat memenangkan pemilihan Bupati Morowali. Kesuksesan di periode pertama memimpin Morowali kembali mengantarkannya untuk memimpin Morowali di periode kedua (2013-2017).
Jelang pemilihan Gubernur Sulawesi Tengah pada 2015 lalu, namanya disebut sebagai salah satu calon. Namun urung, sebab ia memilih melanjutkan periode kepemimpinannya di Morowali.
Sebagai politisi, ia adalah pimpinan partai berlambang Bintang Mercy. Sempat diganti pada 2015, namun kembali terpilih pada 2016 sebagai Ketua DPD Partai Demokrat Sulteng.
Pada periode pertama kepemimpinannya di Morowali antara 2007-2012, dia menggulirkan sejumlah program pro rakyat. Yang paling menonjol adalah program Pendidikan Gratis dan Kesehatan Gratis yang dimulai pada 2008.
Saat periode kedua pada 2013 – 2018, program itu terus digulirkan. Kali ini diperluas hingga Kuliah Gratis bagi putra-putri Morowali yang berprestasi.
Orang tua Anwar, termasuk yang memerhatikan pendidikan. Setamat SMA Negeri 1 Poso pada 1987, ia melanjutkan kuliah di Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Setamat dari Unhas, ia kemudian meniti karir sebagai Aparatur Sipil Negara di lingkungan Pemerintah Kabupaten Luwu Timur hingga posisi Asisten.
Pertanyaannya sekarang, adakah keinginan Anwar untuk maju bertarung di Pilgub? Sebab sesuai hasil pleno Komisi Pemilihan Umum, ia adalah pengisi kursi ke-5 anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dari Daerah Pemilihan Sulawesi Tengah. Mantan Bupati yang pernah mencanangkan program Shalat Berjamaah di kantor-kantor pemerintahan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Morowali ini meraup 57.437 suara.
Kita tunggu saja ke mana dan bagaimana bandul politik akan bergerak. Masih cukup waktu hingga 2020 para politisi menentukan sikapnya. Sebab jangan sampai: “Harapkan burung terbang tinggi, punai di tangan dilepaskan.” (jgb)