Workshop Jurnalis dalam Penegakan Hukum dan Perlindungan HAM di Era Digital (1)

  • Whatsapp

“Jurnalis selalu menjadi target dari dua pihak saat terjadi konflik, jurnalis selalu menjadi target yang diserang di beberapa negara di dunia,” ujar Dr Allison, bekas wartawan Reuters yang kini bekerja di Thomson dan Reuters Foundation di Hongkong itu.

Belum lagi, persoalan wartawan amplop yang akhirnya menimbulkan antipati dan persepsi negatif masyarakat terhadap pers. Pilpres 2019 kemarin, memang memperlihatkan wajah pers Indonesia yang terbelah dan tak berimbang.

Sejumlah pers nasional memperlihatkan keberpihakan kepada salah satu kandidat calon presiden. Ini menambah buruk persepsi masyarakat terhadap pers Indonesia.

Namun fenomena menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat kepada media bukan hanya di Indonesia. Sara El Khalili, dari Thomson Reuters Foundation, mengatakan dibanyak negara terjadi penurunan tingkat kepercayaan publik kepada media.

Data mereka menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan publik di banyak negara kepada media kini hanya 44 persen. Sebagian besar memang disebabkan masalah politik dalam negeri negara tersebut. Politisi dinilai memberi banyak pengaruh kepada ketidaknetralan media massa.

Lestantya R Baskoro, S.H, M.H yang menjadi salah satu narasumber pada workshop tersebut mengatakan, ada banyak lubang yang menjadi celah bagi wartawan dan perusahaan media untuk digugat.

Wartawan senior Majalah Tempo ini mencatat bahkan negara sendiri memiliki ancaman kepada media lewat beberapa undang-undang. Mulai dari penghinaan terhadap badan atau alat negara, penghinaan terhadap agama, pembocoran rahasian negara, serta kejahatan melakukan hasutan.

“Penghinaan umum, yang paling banyak dibidik adalah pencemaran nama baik dan fitnah,” ujar Lestantya yang akrab disapa Baskoro itu.

Maka dia mewanti-wanti wartawan dan media massa untuk mengenali benar aturan-aturan dalam peliputan untuk menghindari lubang gugatan.

Memang pada akhirnya, jurnalis yang harus memperbaiki dirinya sendiri dan berhati-hati. Sebab persoalan profesionalisme masih menjadi sandungan wartawan dalam peliputan berita.

Sara El Khalili menegaskan bahwa wartawan tidak boleh beropini, harus memiliki tulisan original, bukan mengcopy, tandasnya. Dia menegaskan bahwa media harusnya membuat liputan yang bertanggung jawab kepada publik.

Pos terkait