PALU EKSPRES,PALU– Pandemi Coronavirus desease 2019 (covid 19) membawa dampak serius bagi kehidupan sebagian guru honorer di daerah. Penghasilan yang dihitung berdasar jam berdiri di depan kelas, tiba-tiba hilang, bersamaaan dengan kebijakan yang dirilis Kemendikbud. Belajar daring dengan komunikasi via grup whatsapp atau perantaraan video.
Kebijakan ini membuat para guru honorer kehilangan jam mengajar dan berimbas pada penghasilan yang dibayar tiga bulan sekali.
Sri Wulan (36), adalah guru honorer di SMAN 3 Sibalaya – Sigi, yang sejak tiga minggu terakhir terus memandu siswanya melalui komunikasi whatsapp. Mulai dari memberikan dan memeriksa tugas siswa. Sesekali tema pembahasan membutuhkan elaborasi melalui panggilan video. Tak semua siswa mempunyai gawai. Maka Sri Wulan harus memutar otak agar semua anak didiknya mendapat pelajaran dengan porsi yang sama.
”Tidak boleh hanya karena tidak ada hape, baru mereka tidak dapat tugas. Siswa yang tidak punya hape diberi tugas mandiri,” katanya, Kamis (16/4/2020).
Siswa yang mendapat tugas mandiri, akan mengerjakan tugas tertulis dibuku. Tulisan difoto menggunakan telepon android milik rekannya. Hasil foto itu kemudian dikirimkan ke guru untuk diperiksa. Demikian pula sebaliknya, saat siswa menerima kembali tugas yang sudah rampung dari guru. Demikian seterusnya, rutinitas yang dijalani Wulan sejak tiga pekan terakhir, semenjak kebijakan belajar dari rumah diterapkan di seluruh Indonesia.
Wulan mengaku, ketika sebelum wabah covid merebak, ia mendapat jatah mengajar selama 32 jam per minggu. Sejamnya dibayar Rp10 ribu. Itu berarti ia bisa mengantongi Rp1.280.000 setiap bulannya. Karena diterima per tiga bulan maka take home pay yang didapatkannya total Rp3.840.000. Cukup? ”hehe..ya begitulah,” katanya.
Dengan dua tanggungan dua orang di rumahnya, ibunya yang sudah renta dan seorang adiknya yang masih sekolah, Wulan mengaku pada saat-saat tertentu ia masih keteteran menutupi kebutuhan hidup sehari hari. ”Pokoknya dicukup-cukupkanlah,” katanya tertawa renyah.
Di saat covid merebak, jam mengajarnya terpangkas. Kini tinggal dua jam setiap hari. Itu berarti penghasilannya pun bakal seret. Bahkan sejauh ini belum ada kepastian dari pihak sekolah, apakah honor dibayar atau tidak. ”Pokoknya mengajar saja dulu. Saya kasihan kepada anak-anak,” ungkapnya membatin.