Selanjutnya pertumbuhan net impor antar provinsi tumbuh tinggi hingga 133,85persen (yoy). Disisi lain, kinerja ekspor Sulteng masih tumbuh tinggi hingga 22,04persen (yoy) karena didorong tingginya ekspor hilirisasi nikel dan gas.
Abdul Majid Ikram mengatakan, Impor tumbuh sesuai perkiraan yakni kontraksi -35,23persen (yoy) seiring tertahannya beberapa rencana investasi strategis Sulteng. Lalu
dari sisi sektoral, perlambatan disebakan kinerja sektor pertanian, pertambangan dan konstruksi.
“Sektor pertanian tumbuh -0,97persen year on year. Sektor ini memiliki pangsa terbesar dalam PDRB Sulteng yakni 25,71persen,”paparnya.
Sektor tersebut menurutnya memiliki andil besar jika mengalami kontraksi. Perlambatan sektor ini disebabkan menurunnya kinerja subsektor perkebunan yang terdampak dari menurunnya harga kakao dan minyak kelapa sawit.
Selanjutnya perlambatan kinerja sektor pertambangan. Yang saat ini dipengaruhi penurunan harga nikel dan mulai berlakunya pelarangan ekspor nickel ore.
“Sektor perlambatan konstruksi disebabkan tertundanya beberapa proyek swasta maupun pemerintah akibat COVID-19. Namun sisi lain, sektor industri pengolahan tumbuh tinggi hingga 16,11perse (yoy) didorong optimalisasi kapasitas 2 smelter nickel pig iron baru di Morowali,”demikian Abdul Majid Ikram. (**/mdi/palu ekspres)