(Menelisik arti ucapan Minal ‘Aidin Walfaizin)
Oleh Basrin Ombo, S.Ag., M.HI
Setiap akhir Ramadhan, banyak di antara kita (tidak hanya umat Islam, bahkan oleh mereka umat lain yang sekadar memberikan ucapan) seakan berlomba membuat ucapan atas keberhasilan menggapai kemenangan setelah berperang melawan hawa nafsu. Ada yang membuat ucapan melalui spanduk, kartu ucapan, video atau ada yang mengucapkan secara langsung. Hal itu merupakan kebahagiaan tersendiri baik yang bagi yang mengucapkan ataupun yang mendapatkan ucapan tersebut.
Sebuah kalimat yang ringan diucapkan namun memiliki makna yang dalam yang berisi doa dan pengharapan. Kalimat itu adalah “Minal ‘Aidin Walfaizin”. Kalimat ini diidentikkan dengan ucapan permohonan maaf lahir dan batin, sebuah kalimat tahniah atau ucapan selamat. Di Indonesia, kalimat ini menjadi ucapan yang sangat familiar, terkhusus pada saat Idul Fitri.
Namun, banyak orang beranggapan bahwa kalimat “Minal ‘Aidin Walfaizin” diartikan dengan “mohon maaf lahir dan batin”. Hal ini jelas menjadi salah kaprah. Lalu apa sebenarnya arti dari kalimat tersebut…? Menurut seorang ulama, kalimat ini tidaklah berdasar dari generasi para sahabat ataupun para ulama setelahnya (salafus salih). Kalimat ini mulanya berasal dari seorang penyair pada masa Al-Andalus, yang bernama Shafiyuddin Al-Huli, ketika dia membawakan syair yang konteksnya mengisahkan dendang wanita di hari raya.
Kalimat “Minal ‘Aidin Walfaizin” diterjemahkan “semoga kita semua tergolong orang yang kembali dan berhasil”. Artinya, kalimat yang diucapkan saat Idul Fitri ini adalah sebuah doa dan harapan agar kita semua menjadi golongan orang yang kembali kepada kesucian atau fitrah. Fitrah sejatinya mengandung kebaikan, kemuliaan, kejujuran, dan persaudaraan, setelah kita berhasil mengalahkan hawa nafsu.
Kalimat “Minal ‘Aidin Walfaizin” menyiratkan makna pencapaian seorang mukmin setelah berpuasa penuh dan berperang melawan hawa nafsunya dengan cara melakukan segala ketaatan kepada Allah SWT. di bulan Ramadan.
Dalam banyak literatur Islam, ada tradisi yang kerap dilakukan para sahabat ketika merayakan Idul Fitri. Mereka biasa mengucapkan selamat kepada orang yang berhasil menjalankan puasa selama sebulan penuh. Ucapan tersebut adalah “Taqabbalallaahu Minnaa wa Minkum.” (“Semoga Allah menerima [amal ibadah Ramadan] kami dan engkau.”). Ucapan di atas dapat ditambahkan dengan “Taqabbal yaa Kariim, wa Ja’alanaallaahu wa Iyyaakum Minal ‘Aidin Walfaizin.” Bahkan ada juga yang menambhkan ucapan “Wal Maqbuulin Kullu ‘Ammin wa Antum bi Khair.”