Jujur Pasca Ramadhan

  • Whatsapp
H. Sofyan Arsyad. Foto: istimewa

Dalam riwayat dikisahkan bahwa doa Ibrahim baru diterima kembali oleh Allah, setelah seluruh ahli waris pedagang kurma menghalalkannya.

Kisah Ibrahim bin Adham, memberikan dua pelajaran berharga. Pertama, setiap muslim harus berkomitmen untuk menjauhkan diri dari memakan barang yang bukan haknya. Sebab ia bisa menjadi penghalang terkabulnya doa.

Karena itu, jika selama ini Anda merasa ada diantara doa yang belum dikabulkan, termasuk doa-doa pada ramadhan, maka jangan terburu-buru berburuk sangka kepada Allah. Sebaiknya review ingatan Anda. Jangan-jangan kemarin atau seminggu, sebulan bahkan setahun lalu, Anda sengaja atau dalam keadaan terpaksa (dibawah tekanan), pernah memakan harta yang diperoleh dengan jalan tidak halal. Entah itu harta milik negara, kepunyaan keluarga, tetangga atau masyarakat.

Allah SWT tegas mengingatkan, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil.” Ayat ini sejalan dengan pesan moral ibadah puasa, yakni mendidik pelakunya menjadi pribadi jujur. Dengan bekal kejujuran, seseorang akan berhati-hati dalam mencari rezeki.

Makanan bersih dan bergizi itu penting. Tetapi jauh lebih penting, pastikan bahwa makanan itu diperoleh lewat jalan yang halal.  Sayyidina Ali pernah berpesan: “Jangan jadikan perut Anda sebagai kuburan hewan”. Ia mengingatkan agar jangan terlalu banyak makan daging (makanan lezat), jika untuk membelinya diperoleh dengan jalan yang tidak halal.

Terkadang, karena terdorong hasrat meningkatkan status sosial, seseorang tega memakan hak orang lain, bahkan saudaranya sendiri. Sebuah perilaku yang tak ubahnya seekor “omnivora”, yaitu binatang pemakan segalanya.

Pelajaran kedua adalah berhati-hatilah ketika melakukan transaksi jual beli. Seorang pembeli, diingatkan untuk jangan sekali-kali mengambil lebih dari apa yang ia beli, tanpa seizin si penjual. Ketika gagal melakukan tawar-menawar harga, seorang pembeli kerap kali meminta kompensasi. Bahasa pasarnya, “tambaina ina”. Nah, pada detik-detik ini Anda mesti waspada dan mencermati, apakah si penjual ikhlas memberi tambahan atau cuma terpaksa.

Pos terkait