Hayyun Nur (Penghulu dan Pemerhati Sosial Keagamaan)
Titah khalifah telah dijatuhkan. Tak bisa diubah kembali. Demi stabilitas politik. Untuk memenuhi tuntutan publik agar wibawa pemerintah tak terpuruk. Hukuman mati harus segera dilaksanakan. Itulah takdir yang harus diterima Alhallaj. Mengakhiri hidup di hadapan algojo sang khalifah.
Vonis itu bermula dari fatwa Ibnu Dawud, seorang ulama fikih yang juga dikenal sebagai penyair dan sastrawan. Anak dari Dawud Azzahiri. Pendiri mazhab Azzahiri. Sebuah mazhab fikih tekstualis paling populer.
Pada suatu kesempatan di Baghdad, Ibnu Dawud berkhotbah. Tanpa ragu, dengan lantang ia menuding Syekh Mustafa Mansur Alhallaj telah murtad. Bahkan kafir. Ulama sufi itu disebutnya telah melawan kebenaran yang dibawa Rasulullah. Oleh sebab menyebarkan paham sesat. Menyebut dirinya sebagai Tuhan. Mengaku-aku sebagai Sang Kebenaran. “Karena itu, secara sah Alhallaj bukan saja layak. Melainkan wajib dihukum mati”.
Kalimat di akhir khotbah Ibnu Dawud ini menjadi penentu bola nasib Alhallaj selanjutnya. Itu menjadi fatwa. Bagi kaum awam, fatwa tak ubahnya hukum Tuhan. Harus dilaksakan tanpa bisa ditawar. Fatwa itu kemudian menjadi arus utama tuntutan publik. Menjadi ancaman politik bagi pemerintah bila tak memenuhinya. Dapat menggerus popularitas politik dan citra baik khalifah. Hingga penguasa tak punya pilihan lain. Kecuali mengikuti kemauan publik. Entah benar atau salah. Itulah vonis yang harus diterima Alhallaj. Dihukum mati karena dianggap menentang ajaran nabi. Tersebab menyebarkan ajaran sesat. Hingga menimbulkan kekacauan di kalangan umat. Berujung pada instabilitas politik di tengah masyarakat.
Begitulah keputusan yang telah ditetapkan khalifah Almuqtadir Billah, khalifah Abbasiyah di abad X Masehi itu.
Tapi, benarkah faktanya demikian?
Benarkah Alhallaj telah menyebarkan ajaran sesat hingga pantas dituding kafir, zindik, dan ateis?
Hasil investigasi aparat memang sekilas seperti membenarkan tuduhan itu. Terdapat beberapa keterangan, kalau Alhallaj benar-benar mengaku dirinya Tuhan. Sebab di berbagai kesempatan ia kerap mengatakan, “Anaa Alhaq. Akulah Sang Kebenaran”. Belum lagi desas-desus yang ikut merebak. Kalau Alhallaj oleh para pengikut fanatiknya diyakini memiliki kesaktian. Semisal kemampuan menghidupkan orang mati. Juga kuasa mengubah takdir Tuhan. Semua desas-desus itu semakin memojokkan posisi Alhallaj.