Ekspor Pertanian Tembus 1 Persen, Aktivitas Ekspor di Pelabuhan Pantaloan Kembali Bergeliat

  • Whatsapp
Ekspor Pertanian Tembus 1 Persen, Aktivitas Ekspor di Pelabuhan Pantaloan Kembali Bergeliat. Foto: Istimewa

PALU EKSPRES, PALU– Persentasi ekspor produk pertanian Sulawesi Tengah mulai menunjukkan harapan positif seiring mulai meningkatnya ekspor komoditi pertanian.
Berdasarkan struktur ekspor Sulteng menurut sektor yang dirilis BPS Sulteng, komoditi pertanian sudah menyumbangkan di atas angka 1 persen. Angka riilnya adalah 1,07 persen.
Persentase ekspor komoditi pertanian yang tembus di angka satu persen, merupakan sejarah bagi Provinsi Sulteng. Dua tahun terakhir ini, yakni sejak 2019 hingga 2020, persentase nilai ekspor Sulteng dari komoditi pertanian hanya di bawah satu persen dari total ekspor Sulteng.
“Ekspor Sulteng selama ini masih didominasi oleh besi dan baja, BBM dan bahan kimia anorganik,” kata Kepala BPS Sulteng Dumangar Hutauruk melalui rilis BPS Sulteng, Kamis (1/10/2020).
Persentase kenaikan ekspor komoditi pertanian Sulteng juga dibarengi meningkatnya nilai hasil ekspor komoditi pertanian tersebut. Sesuai catatan BPS, nilai ekspor komoditi pertanian mencapai 6,22 Juta US $ atau terjadi kenaikan 430,14 persen dibandingkan bulan Juli 2020. Begitupula perubahan Agustus 2019 ke Agustus 2020 (Y-on- Y) mengalami peningkatan sebesar 3,24 persen.
Peningkatan ekspor komoditi pertanian ini berimbas pada aktivitas ekspor di Pelabuhan Pantoloan Kota Palu.
Berdasarkan data BPS Sulteng mencantumkan nilai ekspor melalui Pelabuhan Pantoloan selama bulan Agustus 2020 sebesar 5,27 Juta US$ atau 0,91 persen dari total ekspor Sulteng. Bulan sebelumnya, aktivitas ekspor di Pelabuhan Pantoloan sama sekali tidak ada. Sedangkan pada bulan Juni 2020 sebesar 4,51 Juta US$ atau 0,93 persen dari total ekspor Sulteng sebesar 486,20 Juta US$.
Sama dengan bulan-bulan sebelumnya, ekspor Sulteng pada bulan Agustus 2020 masih didominasi melalui Pelabuhan Kolonodale, yakni sebesar 521,84 Juta US$ atau 90,25 persen dari total ekspor Sulteng. Disusul oleh Pelabuhan Luwuk Kabupaten Banggai sebesar 47,18 Juta US$ atau 8,16 persen dari total ekspor Sulteng. Sementara ekspor melalui Pelabuhan Poso adalah nol. Ekspor Sulteng juga masih ada melalui pelabuhan provinsi lain sebesar 3,96 Juta US$ atau 0,68 persen dari total ekspor Sulteng.
Begitupula pada Bulan Juli 2020, ekspor Sulteng masih didominasi melalui Pelabuhan Kolonodale Kabupaten Morowali, yakni sebesar 486,16 Juta US$ atau 81,66 persen dari total ekspor Sulteng. Disusul oleh Pelabuhan Luwuk Kabupaten Banggai sebesar 104,42 Juta US$ atau 17,54 persen. Sementara ekspor melalui Pelabuhan Pantoloan dan Pelabuhan Poso adalah nol. Ekspor Sulteng juga masih ada melalui pelabuhan provinsi lain sebesar 4,75 Juta US$atau 0,80 persen dari total ekspor Sulteng.
Kondisi yang sama terlihat pada Mei 2020, ekspor Sulteng masih didominasi melalui Pelabuhan Kolonodale, yakni 506,13 Juta US$ atau 84,94 persen dari total ekspor. Disusul oleh Pelabuhan Luwuk sebesar 86,27 Juta US$ atau 14,48 persen. “Pelabuhan Pantoloan dan Pelabuhan Poso sama sekali tidak ada aktivitas ekspor melalui kedua pelabuhan ini,” kata Dumangar.
Sebelumnya, G. A. Nasser yang kala itu masih menjabat Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Sulteng, mengakui pemanfaatan Pelabuhan Pantaloan untuk ekspor sangat rendah. “Ekspor kelompok komoditi pertanian hanya melalui Pelabuhan Pantaloan waktu terakhir ini,” kata Nasser saat menjadi narasumber pada seminar “Rumah Impianku” yang dilaksanakan oleh BPS Sulteng melalui webinar, Selasa (25/8/2020).
Pelabuhan lain yang kondisinya lebih parah dari Pelabuhan Pantoloan adalah Pelabuhan Poso. Di pelabuhan ini sama sekali tidak ada aktivitas ekspor impor. Termasuk produk pertanian. Padahal di kabupaten ini dan sekitarnya, terdapat kelapa sawit.
“Kelapa sawit tidak ada dalam komoditi ekspor Sulteng. Boleh jadi beberapa komoditi lain diekspor tidak melalui Sulteng,” katanya. (fit/palu ekspres)

Pos terkait