Memilih Pasangan Idaman dengan Proses Berpikir yang Benar

  • Whatsapp
Hasna, S.Pd., M.Pd. Foto: Istimewa

Oleh Hasna, S.Pd., M.Pd. (Dosen FKIP UNTAD, Mahasiswa S3 UNESA)

SECARA fitrah, setiap manusia normal yang sudah dewasa (dalam Islam disebut baligh) pasti memiliki naluri untuk menyukai lawan jenis (memenuhi kebutuhan seksual) dan melestarikan jenis. Naluri ini memiliki persamaan dengan naluri yang ada pada hewan. Perbedaannya adalah pada manusia naluri tersebut juga disertai keinginan untuk menambah kewibaan dan harga diri di depan manusia lain.

Bacaan Lainnya

Hal ini sesuai dengan pandangan Islam yang mengatakan bahwa suami adalah pakaian bagi istri dan istri adalah pakaian bagi suami dan hendaklah keduanya saling menutupi aib masing-masing di depan manusia lain. Memiliki pasangan juga merupakan salah satu tolak ukur kebahagiaan.

Proses berpikir yang hanya berdasarkan akal dan perasaan semata dapat memunculkan pandangan bahwa wanita yang memiliki suami tampan, kaya, berbudi pekerti yang baik, penyayang dan setia pasti merupakan wanita yang telah merasakan kebahagian hidup. Begitupula lelaki yang memiliki istri yang cantik, body yang ideal, setia, manja, dan lain-lain adalah lelaki bahagia.

Itulah standar kebahagiaan dari sudut pandang yang konkrit dan mengesampingkan kebahagian yang bersifat abstrak. Ini merupakan sudut pandang orang-orang sekuler kapitalis bahkan komunis yang menafikkan keberadaan Sang Pencipta karena hanya menilai sesuatu dari segi penampakannya secara kasat mata (materi).

Kebahagiaan yang nampak secara fisik memang merupakan salah satu tolak ukur atau salah satu sumber kebahagiaan tetapi bukanlah satu-satunya penentu kebahagiaan. Sebab kebahagiaan hakiki itu bukanlah sebagaimana apa yang orang lihat tentang diri kita tetapi sebagaimana apa yang kita rasakan (apakah kita benar-benar merasa bahagia, tenang, tentram, sejahterah hidup bersama pasangan kita atau sebaliknya).

Jika kita memandang kebahagiaan berdasarkan logika dan perasaan kita, maka akan lahir berbagai pandangan yang saling berbeda antara satu sama lain berdasarkan pangalaman masing-masing atau fakta yang pernah kita jumpai.

Misalnya, seseorang yang memandang bahwa seorang perempuan yang cantik akan enak dipandang mata dan pasti akan bisa membahagiakan suaminya. Seorang wanita cantik yang dari desa itu akan bisa membahagiakan suaminya karena ia masih polos belum tersentuh kehidupan kota yang gemerlapan. Ia polos dan tidak punya akal busuk untuk menipu atau mengelabui suaminya.

Pos terkait