Mencetak Pengusaha Udang, Melalui Skema Konsorsium

  • Whatsapp

Oleh Hasanuddin Atjo (T.A Menko Marvest)

JUMAT pagi, 29 Januari tahun 2021, bertempat di Cafe Tanaris menjadi diskusi pertama tahun 2021 antara jajaran bank Sulteng dengan calon pengusaha udang Sulteng.
Di tahun 2020 pertemuan serupa juga dilakukan beberapa kali. Dan bedanya pertemuan kali ini, telah bermuara kepada lahirnya sebuah bisnis melalui skema konsorsium.
Hadir di saat itu, Dirut Bank Sulteng Rahmat Abdul Haris dan jajaran , Karman Karim, pelaku usaha mall dan real estate serta sejumlah pelaku usaha jasa dan konstruksi di kota Palu yang tertarik dengan bisnis udang.
Saya diminta untuk berbicara lebih dahulu, karena dipandang sebagai pakar dalam teknologi budidaya udang maupun bisnisnya. Pada setiap diskusi dimana saja, saya sengaja selalu mengawali dengan mengulas prospek sebuah bisnis .
Dunia saat ini kekurangan suply udang mendekati dua juta ton, dan Indonesia merupakan Negara yang dinilai potensial menjadi produsen udang terkemuka dan terbesar di dunia.
Prediksi ini dinilai tidak berlebihan, karena didukung oleh potensi SDA yang sangat menjanjikan. Pertama garis pantai negeri ini mendekati 100.000 km dengan tujuh gugusan pulau besar dan 17 ribuan pulau pulau kecil. Dan negeri ini masuk kategori sebagai Negara Maritim.
Kedua, beriklim tropis dan dilintasi garis khatulistiwa yang secara agromklimat memungkinkan usaha budidaya bisa dilakukan sepanjang tahun. Berbeda dengan negara beriklim sub tropis, yang idealnya hanya bisa berproduksi selama enam bulan.
Memiliki keunggulan komparatif, seperti dikemukakan diatas, negeri ini belum mampu memanfaakan kelebihan dimiliki untuk menjadi pemain udang utama dunia. Dan saat ini posisi Indonesia sebagai pengekspor hasil perikanan dunia masih berada di peringkat 15 dunia dengan devisa di 2019 sekitar US$ 4,5 milyar.
Sebagai pembanding, Thailand dan Vietnam hanya memiliki garis pantai kurang lebih 3.200 km atau kurang dari separuh garis pantai Sulawesi Tengah (6.600 km). Dan, menariknya bahwa devisa ekspor hasil perikanan Thailand maupun Vietnam hampir dua kali Indonesia
Di tahun 2019 devisa ekspor hasil perikanan Thailand sekitar US$ 8,7 milyar dan menduduki peringkat ke 3 dunia. Selanjutnya Vietnam yang nota benenya baru merdeka pada tahun 1975, saat ini telah berada di peringkat 4 dunia dengan devisa US$ 7,9 milyar.
Tentunya ini menjadi pukulan telak, karena sebagai negara maritim yang potensinya kurang lebih 30 kali lebih besar dari Thailand dan Vietnam, negeri ini masih berada di peringkat ke 15 sebagai eksportir hasil perikanan.
Presiden Jokowi berkeinginan kuat agar Indonesia di 2024 masuk lima besar dunia sebagai eksportir hasil perikanan. Dan skenario ini termuat dalam RPJMN 2019-2024 melalui tiga major project dari 41.
RPJMN, kemudian diterjemahkan kedalam renstra kementrian teknis dengan proyeksi meningkatkan produksi udang nasional sebesar 250 persen dari 520 ribu ton di tahun 2019 menjadi 1.270 ribu ton di tahun 2024.
Semua peserta diskusi dengan serius mengikuti penjelasan saya dan saat itu tidak lagi bicara teknis karena sudah tidak ada keraguan. Yang menjadi target utama adalah bagaimana pelaku usaha tadinya bergerak sebagai pelaku usaha jasa dan konstruksi serta dagang bergeser, shiffting menjadi pelaku bisnis udang.
Selanjutnya Rahmat Abdul Haris memberi komentar bahwa saat ini sudah ada sejunlah proposal di bank Sulteng meminta difasilitasi pembiayaan bagi pengembangan tambak udang. Sayangnya masih pengusaha dari luar Sulteng.
Dan kita sangat berharap. agar fasilitas pembiayaan juga harus dinikmati oleh pengusaha lokal. Karena itu gagasan dari pak Doktor terkait mencetak pelaku usaha udang melalui skema konsorsium sangat kami dukung.
Kesempatan berikut, Karman Karim yang sudah memulai dengan kolam bundar memelihara udang vaname mengatakan bahwa saya ini ada pengalaman sebagai pengusaha mall dan real estate. Tapi dengan bisnis udang yang baru digeluti kurang kebih enam bulan saya lebih tertarik dan mau banting stir, karena betul berul menjanjikan.
Sebagai clossing statment, saya katakan bahwa secara nasional presiden Jikowi menaruh harapan besar terhadap bisnis ini. Dan ini juga sejalan dengan keinginan gubernur terpilih Rusdi Mastura yang akan menjadikan udang sebagai salah satu lokomotif untuk perbaikan fiskal daerah.
Dari segi fasilitasi pembiayaan juga sudah disanggupi bank Sulteng dengan tetap memenuhi kriteria. Dan yang tidak kalah pentingnya jangan kita yang tergeser oleh pengusaha luar Sulteng, tetapi kita yang bergeser masuk ke bisnis ini kata Karman Karim. Dan semua pada tertawa lepas. SEMOGA

Pos terkait