Walau demikian masih ada fasilitas yang bisa dimanfaatkan. Misalnya, jalur tracking. Lebarnya sekira satu meter. Itupun rumput liar tumbuh bebas di atasnya. Menandakan kawasan ini jarang dijamah. Dari kejauhan dua menara pengamatan burung – tampak menjulang oleng diterpa angin. Menurut Direktur ROA Indo Komunika, Abal Subarkah yang kerap berada di kawasan ini, dua menara itu masih berfungsi baik. Saat meninjau menara dengan tinggi sekira 10 meter itu, tak ada yang berani naik. Di sana sini besi penyanggah tampak digerogoti karat.
Tidak seperti wahana outbond yang terlihat tak terawat. Bangunan di dalam kawasan yang dikelilingi pagar tampak terawat baik. Lampu yang menyala 1 x 24 jam. Air bersih tersedia serta MCK yang berfungsi dengan baik. Bangunan-bangunan dengan ruang terbuka selalu ramai. Pada akhir pekan selalu ada yang menggunakannya. Tak jauh dari situ, bangunan musholla masih terlihat masih berfungsi baik. Pagi itu, komunitas sepeda gunung, tampak mengepel lantai dan membersihkan halaman musholla cokelat muda itu.
Aset yang tak terawat memantik inisiatif banyak pihak. Salah satunya adalah ROA Indo Komunika. Sebuah organ dibawa Relawan Orang dan Alam (ROA) sebuah lembaga nirlaba yang bergerak di bidang kemanusiaan dan lingkungan. ROA Indo Komunika bermaksud mengajukan kerjasama dengan Dinas Kehutanan Provinsi Sulteng – sebagai pengelola Tahura. ROA Indo Komunika bermaksud menata kawasan ini, tak sekadar sebagai wisata alam. Namun menjadi wahana edukasi bagi siswa sekolah di Kota Palu untuk belajar lingkungan dan vegetasi.
Abal Subarkah dari ROA Indo Komunika bilang, pihaknya akan mengelola jasa wisata dengan mengembangkan potensi dengan skema koloboratif. Antara pemerintah selaku pemegang kawasan dan melibatkan masyarakat sekitar untuk turut terlibat dalam mengembangkan usaha produktif.
Subarkah melanjutkan, panorama alam yang ditawarkan alam Kapopo itu, adalah paduan antara keindahan alam dan ekosistem yang beragam. Dengan topografi dataran, gunung dan bukit serta elevasi 10 – 70 persen kawasan ini disebutnya ideal bagi pencinta wisata alam.
Bagi siswa kawasan ini tetap menarik. Di dalamnya ada pohon kayu hitam yang dlindungi (diospyros celebica). Angsana (pterocarpisindicius), nyatoh (palagium sp) dan cendana (santalum album). Terdapat pula satwa alam, seperti tekukur hutan, kakak tua jambul kuning maupun biawak (varanus salvator). ”Wisata alam Kapopo bisa menjadi laboratorium alam yang mempunyai nilai edukasi tinggi,” tambahnya.