PALUEKSPRES, LAMPUNG – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengapreasiasi dan memberi penghargaan yang tinggi kepada para ulama yang menurutnya selama pandemi Covid-19 sangat membantu pemerintah menenangkan umat.
Presiden mengatakan karena ulama pula yang membuat masyarakat Indonesia yang semula menolak untuk menerima vaksin akhirnya mau divaksin.
“Ini saya rasakan betul betapa ajakan para kiai, ajakan para ulama betul-betul berdampak pada meningkatnya keinginan masyarakat untuk ikut vaksinasi,” demikian Presiden Joko Widodo dalam sambutannya di Muktamar NU ke-34 di akun YouTube NU Channel, Rabu (22/12/2021).
Jokowi bercerita, pada awal-awal program vaksinasi saat muncul vaksin AstraZeneca, banyak daerah yang tidak mau mengambil. Padahal saat itu stok yang banyak adalah Astrazeneca. Tapi tak lama dia mendapat
dari ulama di Jawa Timur yang meminta agar pemerintah mengirim vaksin AstraZeneca itu.
“Besoknya saya ke Jatim betul para kiai berkumpul dan benar-benar semuanya mau menerima vaksin itu. Setelah itu semua daerah satu persatu mau mau mau mau, inilah pengaruh para ulama, para kiai dalam mengajak masyarakat untuk ikut vaksinasi,” katanya.
Jokowi juga bertutur tentang puncak pandemik pada 15 Juli 2021. Kala itu Indonesia dalam kondisi darurat karena munculnya varian Delta yang mengakibatkan rumah sakit penuh, kasus harian meningkat.
“15 Juli kita berada pada posisi keadaan yang sangat mencekam. Ngeri saya kalau menceritakan. semua rumah sakit di Jawa dan Bali penuh, oksigen kurang, obat habis, kekurangan. Kasus harian saat itu 56 ribu. Sehingga rumah sakit tidak cukup, tidak mencukupi. Di lorong-lorong rumah sakit semuanya pasien-pasien antre untuk bisa masuk ke ICU,” tuturnya. Namun Jokowi bersyukur Indonesia bisa mengatasi itu semua.
Saat ini kasus Covid-19 di Indonesia hanya 216 orang per hari. Sehingga Indonesia yang memiliki 514 kab/kota, dan kasusnya hanya 216 artinya di setiap kota dan kabupaten hanya ada setengah kasus.
Sampai Rabu (22/12/2021) pemerintah telah menyuntikkan 263 juta vaksin kepada masyarakat. Menurut Bekas Gubernur DKI Jakarta itu, menyuntikkan vaksin dalam jumlah 263 juta dosis adalah sebuah pekerjaan yang sangat rumit dan kompleks.