Selain itu, Wapres juga menekankan pentingnya membangun generasi yang memiliki pola pikir moderat. Hal ini menjadi penting karena pemikiran moderat diharapkan secara optimal mampu merawat kerukunan dan persatuan bangsa.
“Kita harus membangun generasi yang berpikir moderat (wasathy), tidak berlebihan (ifrathi), dan tidak pula memiliki cara berpikir yang apatis (tafrithi) yang dapat menimbulkan perselisihan dan disharmoni di antara masyarakat,” jelas Wapres.
Acara dengan tema “Isra Mikraj Teguhkan Semangat Beragama dan Berbangsa” ini Wapres juga berpesan agar masyarakat dapat bersama-sama mewujudkan generasi yang beriman dan bertakwa.
“Yang harus dilakukan sekarang adalah bagaimana kita membangun generasi yang muttaqin, yaitu generasi yang beriman kepada yang gaib dan juga mendirikan salat,” pungkasnya.
Wapres menegaskan dalam Islam, orang yang melaksanakan salat disebut penegak agama, sedangkan yang meninggalkan salat adalah perusak agama.
Sebelumnya, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan salah satu makna perjalanan isra mikraj Nabi Muhammad SAW yaitu nilai ketuhanan yang seimbang dengan nilai kemanusiaan. Nilai-nilai tersebut yang membawa Indonesia dapat menjadi bangsa yang mampu melewati beragam permasalahan yang disebabkan oleh perbedaan.
“Hasil perjalanan isra mikraj Rasulullah SAW berupa salat memiliki kandungan makna bahwa nilai-nilai ketuhanan harus diseimbangkan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Keduanya menyatu dan terekam, baik dalam sikap dan perilaku masyarakat Indonesia sehingga menjadi perekat bangsa di tengah kompleksitas perbedaan yang tidak semua bangsa mampu melewatinya dengan baik,” jelas Yaqut.