PALUEKSPRES, BALIKPAPAN- Indonesia terkenal keanekaragaman hayatinya. Hal ini terbukti dengan ragam jenis flora dan fauna yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Memiliki luas hutan tropis hingga 143 juta hektar, Indonesia menjadi rumah bagi berbagai tanaman yang berkarakteristik unik dan hanya tumbuh di wilayah tertentu atau lebih dikenal sebagai tanaman endemik.
Sayangnya, populasi dari beberapa tanaman endemik semakin berkurang yang diakibatkan oleh berbagai faktor, di antaranya kebakaran hutan, pengambilan liar yang tidak terkontrol, alih fungsi lahan, dan sebagainya.
Dengan berkurangnya populasi, maka tanaman-tanaman ini pun terancam punah sehingga menjadi prioritas pemerintah untuk melindungi, mengawasi, dan menjaga keberadaannya. Terlebih lagi dengan karakteristik yang hanya tumbuh di habitat aslinya, maka menjaga habitat agar tetap lestari pun perlu diperhatikan.
PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) ikut berkontribusi dalam upaya melestarikan tanaman langka khas Kalimantan Timur ini.
Rahmad Pribadi, Direktur Utama Pupuk Kaltim mengatakan, sebagai perusahaan dengan basis produksi di Kalimantan Timur, sudah menjadi tanggung jawabnya untuk turut menjaga kekayaan keanekaragaman lingkungan sekitar perusahaan.
Inisiatif penyelamatan salah satu tanaman langka yaitu Anggrek hitam sudah dijalankan sejak tahun 2011 dengan berbagai gerakan dan inovasi.
Didukung teknologi dan tenaga riset terapan yang PKT miliki, serta berkolaborasi dengan balai konservasi yang ada di wilayah Kalimantan, PKT berhasil mengembalikan 1.314 anggrek hitam ke habitat aslinya sejak tahun 2018.
Upaya PKT meningkatkan jumlah populasi anggrek hitam, di antaranya memperbanyak jumlah bibit dan mengembalikan anggrek hitam ke habitat aslinya (reintroduksi) yang dilakukan di Sangkima dan kawasan Taman Nasional Kutai.
Total sebanyak 5.218 bibit anggrek hitam berhasil diproduksi sejak tahun 2016 atau rata-rata mencapai 1.043 per tahun.
“Kami percaya inisiatif-inisiatif yang kami lakukan dapat meningkatkan jumlah anggrek hitam di habitat aslinya, yakni hutan tropis Kalimantan,” tutup Rahmad dalam siaran pers yang diterima Palu Ekspres Senin, (14/3/2022).