Wajah Alumni, Wajah Gurunya!

  • Whatsapp
Muhd Nur Sangadji/ foto: Ist/PaluEkspres

Maka lama waktu di bangku kuliah harusnya mampu mensinergikannya. Empat sampai lima tahun masa studi, harusnya telah memberi bekal pada aspek kognitif (know how), afektif (attitude) dan psikomotorik (skill). Tiga modal ini mestinya sudah diinjeksikan secara efektif oleh para guru dengan responsif mahsiswa dalam pola “student learning system”. Pasti, bukan cuma soal terserap di dunia kerja, tapi juga berkontribusi kongkrit bagi negeri.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa tempat belajar di kampus adalah ruang formal. Sedangkan, IKA mengambil peran di ruang non formal. Tentu, dengan waktu yang relatif pendek dan bersifat insidentil. Pastilah, kekerabatan dan hubungan psikologis tidak bisa dihindari.

Bacaan Lainnya

Dengan begitu maka, alumni membantu alumni adalah hal yang wajar-wajar saja. Sepanjang kaidah kompetensi tidak diabaikan. Perlu serius di soal ini, sebab tipis sekali dengan nepotisme bin almamaterisme. Namun, bila setiap organisasi alumni meminta Rektor harus alumninya. Itu, bukan cuma wajar, logik dan pantas, tapi juga bermakna akuntabel. Sebab, dia adalah wujud dan bukti nyata dari keberhasilan guru dalam mendidik. Dan, guru yang baik akan selalu membuka atau memberi jalan untuk dilalui muridnya. Hingga, alumni yang adalah muridnya, bisa menjadi pemimpin. Di masyarakat dan atau di universitasnya sendiri. Wallahu a’lam ***

(Penulis adalah Associate Profesor bidang Ekologi Manusia di Faperta Universitas Tadulako)

Pos terkait