Tak akurat data stunting di Parimo, maka bidan akan berlatih soal Antropometri. Kepala Bappelitbangda Parimo Irwan, SKM, M,kes menyampaikan rencana itu, Senin (24/10/2022).
Katanya Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong atau Parimo Sulawesi Tengah, berencana akan memberikan pelatihan khusus kepada bidan atau kader kesehatan di desa. Pelatihan itu tentang pengukuran antropometri atau alat ukur manusia.
Irwan mengatakan seusai kegiatan Focus Group Discussion (FGD) analisis situasi stunting tahun 2023, di aula Bappelitbangda, Senin (24/10/2022).
Menurut Irwan, belum semua pihak satu pemahaman tentang pengukuran antropometri tentang data stunting di Kabupaten Parigi Moutong.
Baca juga : dampak-covid-19-bappelitbangda-parimo-bangun-sistem-informasi-pangan
“Saya menganggap belum semua kita ini satu persepsi terkait pemakaian antropometri,”ujarnya.
Bila kader kesehatan tidak terlatih dalam penggunaan alat ukur itu, otomatis data akan membias.
Menurutnya, data yang tampil dalam kegiatan FGD juga tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Seperti data di Desa Pombalowo Kecamatan Parigi.
Di sana angka stunting tercacat 72 persen. Katanya, data yang sesungguhnya tidak seperti itu.
“Kepala Puskesmas Parigi selaku penanggungjawab di Desa Pombalowo menyampaikan itu salah input. Dan data yang sebenarnya sementara mereka siapkan,” jelas Irwan.
Kata dia, 72 persen stunting merupakan hal yang luar biasa ekstrim.
Baca juga : data-akurat-pengaruhi-capaian-program/
Irwan juga masih meragukan persentase menurunnya angka stunting di desa-desa ekstrim di bagian pegunungan. Atau daerah terpencil di Parimo.
“Desa yang ekstrim di wilayah pegunungan itu juga saya ragukan persentase datanya menurun. Makanya kami beri kesempatan kepada para kepala Puskesmas untuk melakukan kroscek,” ujarnya.
Karena, secara teori tambahnya, persentase data mereka harusnyan lebih tinggi. Dia khawatir petugas kesehatan atau bidan desa tidak melakukan pengukuran terhadap balita di desa tersebut.
“Yang saya takutkan mereka tidak melakukan pengukuran. Tiba-tiba memasukan data. Tapi saya yakin mereka akan memperbaiki itu,” ucapnya.
Menurutnya, data stunting yang tidak akurat, karena data yang masuk ke pihaknya, secara berjenjang, mulai dari bidan desa, Puskesmas, dan Dinas kesehatan. “Cek dan krosceknya yang kurang, karena setiap tingkatan harus di cek,” tandasnya. (asw/PaluEkspres)