Kota Palu mengalami deflasi sebesar 0,20 persen pada Oktober 2022 setelah bulan sebelumnya mengalami inflasi sebesar 0,52 persen. BPS Kota Palu mencatat, ada 10 komoditas makanan tercatat sebagai penyumbang deflasi di Kota Palu.
Kepala BPS Kota Palu G. A Nasser mengatakan, kelompok makanan, minuman, dan tembakau merupakan penyumbang terbesar deflasi kota Palu di bulan Oktober 2022. Nilainya mencapai 0,67 persen. Disusul kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,01 persen; serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan andil dibawah 0,01 persen.
Baca juga: Survei BPS Sulteng: 26 Persen Warga Enggan Divaksinasi Covid-19
Bila merinci pada komoditas penyebab deflasi di Kota Palu, ikan selar/ikan tude memiliki andil tertinggi, mencapai 0,32 persen. Disusul bawang merah 0,10 persen, minyak goreng 0,09 persen, ikan cakalang/ ikan sisik 0,09 persen, cabai merah 0,05 persen, bayam 0,04 persen, cabai rawit 0,03 persen. “Pada intinya dari 10 komoditas tersebut, seluruhnya komoditas makanan penyumbang deflasi di Palu,” kata Nasser, Selasa (2/11/2022).
Kemudian telur ayam ras 0,03 persen, ikan layang/ikan benggol 0,02 persen, serta kol putih/kubis 0,02 persen.
Sebaliknya andil inflasi disumbangkan oleh kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,23 persen, kelompok transportasi 0,13 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/ restoran 0,06 persen, kelompok pakaian dan alas kaki 0,05 persen. kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,01 persen, kelompok pendidikan sebesar 0,01 persen.
Adapun komoditas yang memiliki andil terhadap inflasi Oktober 2022 antara lain, tukang bukan mandor sebesar 0,19 persen, bensin 0,05 persen, daging ayam ras 0,05 persen, jagung manis 0,04 persen, beras 0,03 persen, kayu balokan 0,03 persen, bakso siap santap 0,03 persen, pelumas/oli mesin 0,02 persen, martabak 0,02 persen, serta sawi hijau 0,02 persen. (bid/paluekspres)