Dampak Lingkungan Terhadap Proyek

  • Whatsapp
Dampak Lingkungan terhadap proyek. Penulis bersama mahasiswa dalam tugas belajar dampak lingkungan/ Foto: istimewa

Oleh Muhd Nur Sangadji

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), cenderung hanya bicara dampak proyek terhadap lingkungan. Kita sering abai pada kebalikannya. Pengaruh lingkungan terhadap proyek. Ini menyangkut berapa lama proyek tersebut bisa bertahan.

Baca juga: oknum-anggota-dprd-parimo-diduga-abaikan-putusan-sidang-lembaga-adat

Saat menghadiri pengresmian jembatan kuning di Palu yang kala itu bernama Ponulele, saya menulis artikel terkait. Saya bilang di artikel itu, tentang berapa lama jembatan ini bisa bertahan. Jembatan yang tiang tumpukan tengahnya ada tepat di tengah sungai. Ternyata, menjadi sebab utama kerontokan ketika gagal menopang beban saat terjadi bencana gempa berskala 7,4 disertai tsunami tahun 2018. Intervensi alam dengan kekuatan dahsyat itu meluluhlantahkan jembatan megah tersebut menjadi puing puing. Peristiwa ini harus meninggalkan hikmah sebagai pelajaran.

Baca juga : diduga-abaikan-tugas-disdikbud-parimo-undang-oknum-kepsek-sdn-baliara

*****

Di lokasi lain, di jembatan sungai Vatutela kota Palu, saya beri contoh pada mahasiswa yang belajar ilmu lingkungan. Usia Jembatan belum genap satu tahun, tapi ancaman kehancurannya sudah di depan mata. Pertama, sudah ada bagian jembatan yang rontok. Kedua, kolong jembatan yg awal ketinggiannya sekitar 3 sampai dengan 4 meter untuk melalukan air. Kini, tinggal kurang dari setengah meter. Tertimbun oleh sedimentasi hulu. Apriori, malapetaka segera terjadi.

Belajar dari jembatan Dolago di Parigi dan Jembatan Ipi di Morowali yang hanyut diterpa banjir. Jembatan Vatutela ini tinggal menunggu waktu. Akan beradu tangguh antara air dan ketahanan konstruksi jembatan. Karenanya, pihak otoriti harus bertindak segera. Membangun kantong sedimen atau kantong pasir (sand pocket) untuk aksi mekanik jangka pendek. Reboisasi untuk aksi vegetatif jangka menengah dan panjang. Atau aksi profit ekonomi dengan menghadirkan perusahaan pengolahan sirtu dan kerikil.

Baca juga : parimo-kembali-ketambahan-satu-kasus-positif-covid-19

Morfologi sungai ini juga menyimpan potensi banjir bandang oleh kelalaian anthropik yang akumulatif. Penampang keringnya di hulu dan tengah berlebar hingga 30 meter. Tapi, di pemukiman, tinggal sekitar empat meter. Bila tidak segera diantisipasi, sangat patut dikhawatirkan, korban harta dan jiwa akan berjatuhan. Warga perumahan dosen dan penduduk di daerah pesisir adalah yang paling rentan.

Pos terkait