Kamu Termasuk orang Flexing Atau Tidak? Cek Disini!

  • Whatsapp
Kamu Termasuk orang Flexing Atau Tidak? Cek Disini!
Kamu Termasuk orang Flexing Atau Tidak? Cek Disini! Ilustrasi Burung merak yang memamerkan keindahan bulunya saat mendekati betinanya/ foto: -sarahkilian/unsplash

Namun begitu Sari mengingatkan, bisa jadi kondisi seseorang di dunia nyata tidak sejalan dengan kemewahan yang kerap dipamerkannya di dunia maya. Nah, cek apakah kamu termasuk orang Flexing Atau Tidak

Pada kondisi seperti ini, seseorang cenderung memamerkan hal positif di media sosial untuk mencapai tujuan lain.

“Kalau orangnya hanya flexing, ya itu biasanya selain ingin terlihat ‘wah’ di media sosial, which is belum tentu di dunia nyata atau kehidupan aslinya betul-betul seperti itu,” beber Sari.

Apakah Orang Suka Flexing Mengalami gangguan Psikologis?

Menurut Psikolog Indah Sundari Jayanti perilaku flexing ini tak bisa serta merta dikatakan sebagai gangguan psikologis.

“Mengingat perkembangan zaman saat ini yang membuat orang-orang terbiasa ‘menunjukkan’ berbagai hal, membuat perilaku flexing tidak bisa sepenuhnya dikategorikan abnormal,” kata Indah.

Namun, flexing dapat dikategorikan sebagai suatu masalah jika sudah mengganggu aktivitas, merugikan orang lain, atau membuat individu menampilkan citra diri yang sangat berbeda.

“Jika hal ini sudah menjadi satu kebutuhan yang mengganggu jika tidak terpenuhi, maka perlu ditelaah lebih lanjut. Misal, apakah perilaku flexing ini justru membuat individu memaksakan keinginan di luar kemampuannya atau apakah perilaku flexing ini merugikan orang-orang di sekitarnya. Atau bahkan, apakah perilaku flexing ini membuat individu mencitrakan diri sangat berbeda dari ia yang sebenarnya,” kata Indah.

Dampak Negatif yang Bisa Terjadi Akibat Flexing

Orang flexing cenderung sulit mendapat teman

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pelaku flexing cenderung sukar menjalin pertemanan. Riset itu telah diterbitkan dalam jurnal Social Psychological and Personality Science seperti dilansir republika.com.

Hasil penelitian menyebutkan bahwa 66 persen orang cenderung suka mobil mewah daripada mobil standar. Namun ketika berkaitan dengan relasi sosial, kebanyakan orang lebih suka berteman dengan orang memiliki kendaraan yang lebih murah.

Peneliti Stephen Garcia  menyebut efek tersebut sebagai perbedaan perspektif dalam perbandingan sosial. Simbol status dan apa pun yang terkait dengan hak istimewa justru dapat menjadi bumerang saat seseorang mencoba mencari teman baru.

Orang Flexing alami Gangguan Kesehatan Mental?

Psikolog Tim Kasser dari Knox College di Illinois, Amerika Serikat, mengatakan semakin besar dukungan seseorang terhadap konsumerisme, semakin buruk kesejahteraan mental orang tersebut.

Pos terkait