Angkanya sangat fantastis. Beasiswanya tidak kentara (un disquise scholarship). Tapi boleh jadi, jumlahnya bisa setara dengan beasiswa yang diberikan secara konvensional oleh negara atau swasta.
Tidak percaya? Mari kita hitung. Satu anak yang tinggal bersama kita. Dia sudah tidak bayar uang kos, air, listrik dan internet. Begitu juga uang makan pagi, siang dan malam. Bila uang domisili dan fasilitasnya sekitar 600.000 per bulan. Kemudian, uang makan rata rata 30.000 per hari atau 900.000 per bulan. Maka total per mahasiswa sekitar 1.500.000 per bulan. Dikalikan 5 mahasiswa, maka angkanya mencapai 7.500.000 rupiah. Ini hitungan normal atau nilai ubinan dalam istilah pertanian.
*****
Angka 7.500.000 tersebut tentu lebih tinggi dari gaji dosen golongan IV A, berjabatan lector kepala atau Associate Profesor. Tapi, pasti konversi ini tidak begitu persis dalam fakta keseharian. Walaupun patokan harga adalah standar. Analogi berfikirnya sama dengan kita kontrak rumah, tapi kita tidak tempati karena sedang ada di luar kota. Namun, uang sudah harus dibayar. Anggaplah tiap bulan kita sumbang ke panti asuhan tanpa terasa. Karena, panti itu ada di rumah kita sendiri.
Selebihnya adalah nilai kebaikan. Mungkin Tuhan telah mencatat pahala kita pada standar 7.500.000, padahal pengeluaran kita tidak mencapai angka tersebut. Apalagi kalau didorong keyakinan bahwa setiap pemberian akan dilipatgandakan oleh Ilahi. Lihatlah: satu benih yang kita tanam, dikembalikan oleh Allah melalui tanah dalam bentuk pohon bercabang cabang. Dan setiap cabang memberikan satuan, puluhan dan ratusan buah yang dapat membentuk lagi, benih baru.
Dan, benih baru kali ini adalah manusia bernama mahasiswa. Satu waktu yang telah ditetapkan. Mereka, para mahasiswa ini akan lahir sebagai sarjana baru yang kelak akan memproduksi kebaikan secara berjenjang. Maka saya mengajak. Mari kita jadikan ini sebagai gerakan untuk menyelamatkan generasi dengan menjaminkan mereka tetap sekolah. Boleh jadi, mereka adalah keluarga dekat kita. Bahkan, yang tidak ada hubungan keluarga dengan kita sama sekali. Dengan begitu, kita telah membangun panti asuhan minimalis di rumah kita sendiri. Tentu, tidak resmi, tapi fungsinya berjalan. Semoga langkah kecil ini memberi berkah. Amin yaa Rabb..🤲👌🏻