Selain itu, peradaban yang dibangun harus pula didasarkan pada dimensi Ketuhanan (rabbâniyyah, teosentris) dan juga dimensi kemanusiaan (insâniyyah, antroposentris).
Karena itu pada konferensi saat itu Wapres mengingatkan seluruh peserta yang hadir untuk memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
Pertama, menempatkan diri sebagai “wakil Allah”, sebagai khalifatullah yang menjalankan penugasan dari Allah SWT selaku pemberi mandat.
Yang kedua, antarmanusia sebagai sesama “wakil Allah” harus saling menguatkan satu sama lain (tasanud), bukan saling bermusuhan (ta’anud), karena pada hakikatnya yang memberi mandat adalah sama, yaitu Allah SWT, Tuhan Yang Satu.
Yang ketiga, antarmanusia harus saling menjaga jangan sampai terjadi kegaduhan, karena manusia ini berada di satu bumi yang sama (fii ardhin wahidin). Jika terjadi kegaduhan di satu tempat, maka akan berpengaruh pada manusia di tempat lainnya. Setiap potensi kegaduhan atau kerusuhan, harus dicegah bersama dengan cara apapun.
“Kita diingatkan Allah SWT dalam ayatnya, takutlah kalian pada fitnah, musibah yang tidak hanya menimpa kepada orang yang berbuat zalim saja tapi kepada semua. Apabila tidak dicegah kezaliman itu, karena kita memang berada seperti yang terjadi dalam kerusakan lingkungan, yang menderita adalah seluruh dunia,” ujar Wapres. (aaa/PaluEkspres)