Parigi Moutong, PaluEkspres.com – Penjabat (Pj) Bupati Parigi Moutong (Parimo) Ricard Arnaldo mengatakan, stunting merupakan salah satu masalah gizi yang sedang dihadapi Indonesia.
Menurut dia, berdasarkan global nutrition report tahun 2018, sekitar 150,8 juta atau 22,2 persen balita di dunia mengalami stunting. Dan Indonesia negara ke -5 dengan jumlah balita tertinggi mengalami stunting. Di mana 30,8 persen anak Indonesia mengalami stunting.
Fenomena tersebut dapat menjadi sinyal kuat bahwa, ada masalah dalam menajemen penyelenggaraan pelayanan dasar.
Sehingga, pelayanan yang dibutuhkan untuk mencegah dan menurunkan prevalensi stunting belum tersedia dalam skala dan kualitas yang memadai. Serta tidak sampai secara lengkap pada kelompok sasaran prioritas.
Yakni, ibu hamil, dan anak anak usia dibawah 2 tahun atau bisa disebut 1000 Hari Pertama Kehidupan atau HPK. Percepatan penurunan stunting kata dia, sebagai kegiatan prioritas daerah yang sejatinya menjadi momentum strategis.
Untuk menata kembali penyelenggaraan pelayanan dasar, khususnya yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan ibu dan anak, konseling gizi terpadu, air minum dan sanitasi, pendidikan anak usia dini, dan perlindungan sosial agar lebih terpadu dan tepat sasaran.
Hal ini kata dia, ditunjukkan kepada Bupati/Walikota seluruh Indonesia, prihal pelaksanaan intervensi penurunan stunting terintegritas di Kabupaten/Kota, dimana disampaikan Bupati/Walikota membentuk tim yang telah tersedia.
Untuk mengkoordinasikan pelaksanaan intervensi penurunan stunting terintegrasi di wilayah masing masing.
“Sampai saat ini Kabupaten Parigi Moutong melalui Bappelitbangda telah melaksanakan konvergensi program dalam upaya penurunan dan pencegahan stunting,” ungkapnya.
Dijelaskanya, hasil analisis situasi program pencegahan dan penurunan stunting adalah proses untuk mengidentifikasi sebaran prevalensi stunting dalam wilayah Kabupaten/Kota.
Yakni, sebaran keluarga berisiko stunting, situasi kerersediaan program, dan praktik manajemen layanan. Analisis situasi dilakukan untuk mengenali permasalahan dalam integrasi intervensi gizi spesifik dan sensitif pada kelompok sasaran.