Petani di Parigi Moutong Keluhkan Kekurangan Pupuk

  • Whatsapp
Salah satu petani di Parimo tengah memupuk di sawah miliknya. (Aswadin/Palu Ekspres).

Parimo, PaluEkspres.com – Petani di Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Sulawesi Tengah (Sulteng) kerap mengalami kekurangan pupuk. Sebab, pupuk yang disediakan Pemerintah di daerah itu tidak memenuhi kebutuhan mereka.

Keluhan ini sampaikan, sejumlah kelompok tani pada saat mengikuti pelatihan bisnis lanjutan program Rural Empowerment and Agricultural Development Scaling -up Initiative (READSI), di Hotel Oktaria Parigi, Rabu (27/3/2024).

Diketahui, READSI adalah sebuah program untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga tani miskin melalui pemberdayaan rumah tangga diperdesaan.

Termasuk pemanfaatan sumber daya demi peningkatan pendapatan disektor pertanian dan non pertanian.

Kepala Bidang Sarana Prasarana, Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Kabupaten Parigi Moutong, Ariesto mengakui keluhan petani terkait kelangkaan pupuk tersebut.

“Jadi saya dengar tadi ada disampaikan kendala soal pupuk. Memang pupuk tahun ini secara umum berkurang,” akunya.

Namun, ia menyampaikan bahwa di bidang yang dipimpinya, ada program pengembangan untuk pupuk, yakni Unit Pengola Pupuk Organik (UPPO) yang berbahan dari kotoran hewan.

“Dan itu ada bantuanya dibidang saya dengan jumlah kurang lebih Rp 300 juta per kelompok tani. Sehingga, itu juga bisa dimanfaatkan oleh teman teman kelompok tani binaan READSI.” ujarnya.

Selain itu, ada pula bantuan dari Kementerian, melalui Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, yakni pupuk organik dari kotoran hewan berupa kencing hewan sapi.

Menurutnya, tahun ini sekitar tiga kelompok tani di Kabupaten Parigi Moutong yang mengusulkan untuk mendapatkan bantuan tersebut.

“Mudah mudahan, itu bisa menjadi solusi untuk mengatasi persoalan kelangkaan pupuk di daerah ini,” harapnya.

Ia mengaku, bahwa pengawasan pupuk bersubsidi sangat ketat. Sehingga, pihaknya kerap bersama penyidik dari Provinsi Sulawesi Tengah yang ditugaskan untuk mengawasi pupuk bersubsidi.

“Jadi pengawalanya ketat kalau pupuk subsidi itu, kecuali bantuan lokal kita misalnya bantuan dengan dana alokasi umum,” ujarnya. (asw/paluekspres)

Pos terkait