PALU EKSPRES, SURIAH – Mendung kelabu yang menghantui Kota Khan Sheikhoun, di Suriah, setelah serangan senjata kimia mematikan, membangkitkan kengerian penggunaan zat beracun itu saat perang. Senjata kimia yang diduga gas sarin itu adalah zat kimia yang dikembangkan oleh Nazi dan 26 kali lebih mematikan daripada sianida.
Meski belum dilakukan penyelidikan resmi namun simptom yang ditunjukkan korban, merujuk pada senjata kimia yang dibikin pada 1938 oleh ilmuan Jerman saat mereka sedang menyusun insektisida. Dikutip Daily Mail, ilmuan yang bertanggung jawab atas penelitian itu merasa gagal karena insektisida yang dihasilkannya tidak hanya membunuh serangga.
Tetapi juga manusia dan binatang lain bila digunakan di pertanian. Efeknya memang mematikan. Tidak perlu waktu lama untuk tewas setelah seseorang terpapar gas sarin. Namun, bagi Hitler, penemuan zat berbahaya itu menguntungkannya.
Dia pun memberi nama sarin untuk zat tersebut. Sarin diambil dari nama empat penemunya, Gerhard Schrader, Otto Ambros, Gerhard Ritter, and Hans-Jürgen von der Linde. Pada 1940, Waffenamt – badan senjata militer Jerman – mulai memproduksi sarin. Sebanyak sepuluh ton sarin diproduksi.
Jumlah yang bisa membunuh jutaan orang. Namun, Hitler tidak pernah menggunakannya. Dia takut memanfaatkan sarin setelah penasehatnya mengatakan kalau Barat, termasuk Inggris dan Amerika, punya suplay senjata kimia gas mustard yang jatuhkan ke Jerman sebagai balas dendam.