Setelah Diperiksa Dokter, Diko Lebih Baik jadi Lelaki

  • Whatsapp

PALU EKPSRES, PONTIANAK – Diko Kurniawan (7) memiliki kondisi yang sangat aneh. Bocah asal Pontianak, Kalimantan Barat itu menderita kelainan, yakni memiliki dua kelamin.

“Diko sudah dua kali operasi. Kali ini, operasi yang ketiga,” kata Rahmad Muhammad Ali, ayah Diko kepada Rakyat Kalbar, Senin (10/4).

Bacaan Lainnya

Dia menambahkan, pemerintah daerah sudah menanggung biaya operasi Diko. Namun, Diko tetap membutuhkan biaya untuk perawatan pascaoperasi. Menurut Ali, Diko sebenarnya lahir seperti bayi pada umumnya.

Kelainan baru terlihat ketika Diko menginjak usia tujuh bulan.

“Ada kelamin pria, ada juga kelamin perempuan. Saya terkejut, Diko lantas saya bawa periksa ke dokter di Pontianak. Oleh dokter, Diko disarankan untuk melakukan operasi di Jakarta,” kata Ali.

Diko akhirnya menjalani operasi pertama pada 2012. Operasi itu bertujuan menganalisis gen. Kala itu, dokter berkesimpulan bahwa Diko memiliki gen laki-laki lebih banyak ketimbang perempuan.

“Hasil analisis, Diko tidak mempunyai rahim,” ucap Ali.

Ali mengatakan, biaya operasi ditanggung Jaminan Kesehatan Kota (Jamkesko). Tiga tahun berselang, Diko kembali menjalani operasi untuk memperbaiki saluran kencing.

“Waktu itu operasi dilakukan di RSUD Soedarso,” kata Ali.

Usai operasi kedua, Diko tak menunjukkan tanda-tanda aneh.

“Dia anak yang aktif bermain layaknya anak-anak pada umumnya,” kata Ali.

Namun, keanehan muncul sepekan terakhir. Diko tak lagi pipis dari “pistol” melainkan dari alat vital perempuannya.

Padahal, dokter sudah menutup kelamin perempuan Diko pada operasi kedua.

“Saya lihat ada yang berubah, dia kencing tidak dari penisnya. Tapi dari lubang perempuannya,” beber Ali.

Ali lantas berkonsultasi dengan dokter. Hasilnya, jahitan operasi ternyata lepas.

“Tanggal 25 April 2017, Diko harus dioperasi lagi. Selain penutupan alat kelamin perempuan, dokter juga ingin menurunkan buah zakarnya,” kata Ali.

Diko harus mendapat perawatan di rumah sakit pada 24 April mendatang. Biaya operasi telah ditanggung Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) Pontianak.

Namun, Ali merasa resah karena tak bekerja dalam setahun terakhir. “Saya khawatir biaya kebutuhan selama menjalani masa perawatan pascaoperasi. Seperti obat-obatan yang tidak ditanggung. Makanya saya dan keluarga ingin mencari donatur yang berbaik hati,” ucapnya.

Pos terkait