Oleh : Hasanuddin Atjo
PERSAINGAN di era globalisasi tidak lagi berlaku bahwa yang kuat mengalahkan yang lemah, kini bergeser ke yang cepat mengalahkan yang lamban.
Makna dari pernyataan ini bahwa meskipun sebuah negara atau daerah itu kecil namun kalau Pemerintahnya mampu bertindak cepat dan tepat, maka Negara atau Daerah kecil itu dapat menggeser Negara atau Daerah yang besar sekalipun. Contoh yang dapat dilihat, dipelajari antara lain Negara Singapura dan Kabupaten Banyuwangi.
Lebih cepat lebih baik
Lebih cepat, lebih baik adalah semboyan motivasi yang menjadi ikon salah satu capres pada pemilihan Presiden RI periode sebelumnya, namun sang capres gagal memenangkan pertandingan tersebut.
Kini semboyan itu telah digunakan oleh pasangan Presiden Jokowi-JK dalam mengimplementasikan program-programnya berupa ajakan: “kerja-kerja-kerja”.
Hal ini terungkap pada saat Presiden Jokowi membuka rakor Menko Kemaritiman tanggal 3 Mei 2017 di Jakarta yang dihadiri oleh sejumlah menteri kabinet, Gubernur, Bupati dan Sekretaris Provinsi dan Kabupaten/Kota se Indonesia.
Rapat membahas antara lain: (1) Potensi ekonomi bidang maritim bisa mencapai 20.000 triliun rupiah (4 kali APBN 2017), namun kita belum mampu memanfaatkannya, karena masih bekerja lamban, cenderung berpikir linier, dan tidak berpikir besar serta masih terperangkap dengan rutinitas dan masalah klasik; (2) Inovasi-Teknologi harus menjadi perhatian, karena hanya dengan inovasi-teknologi dapat membuat percepatan dalam upaya mengejar ketertinggalan, kalau tidak maka “kita akan ditinggal, ditinggal ujarnya “.
Dicontohkan oleh Presiden Jokowi bagaimana kita bisa manfaatkan potensi Kelautan kita yang notabenenya adalah terbesar di dunia untuk pengembangan Off shore Aquaculture, budidaya ikan di laut lepas seperti dikembangkan oleh Norwegia dan Taiwan, sebuah Negara kecil namun mampu menjadikan sumberdaya kelautan sebagai salah satu kekuatan ekonomi utama Off shore Aquaculture.