Pergeseran Pelanggan PLN Pengaruhi Inflasi Sulteng

  • Whatsapp

PALU EKSPRES, PALU – Kebijakan pemerintah pusat menaikkan tarif dasar listrik (TDL) turut menyumbang laju tekanan inflasi di Sulteng. Kenaikan tarif listrik memengaruhi kelompok inflasi (core) yang persentasenya berasal dari komoditas sewa rumah dan kontrak rumah.

Tekanan inflasi Sulteng (cq Kota Palu) per Mei 2017 tercatat masing-masing 0,81 persen (mtm), 3,13(ytd) dan 5,10 peresen (yoy).

Bacaan Lainnya

Kepala Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Sulteng, Miyono menduga kenaikan komoditas sewa dan kontrak rumah berkorelasi positif dengan kenaikan inflasi pada kelompok administersed prices(AP) seiring meningkatnya tarif listrik.

Miyono dalam keterangan persnya menjelaskan, dari total inflasi kumulatif yakni 3,31 persen (ytd), kelompok inflasi (core) menyumbang andil paling besar yakni 1,72 persen (ytd). inflasi core berasal dari komoditas sewa rumah yakni 0,19 persen(ytd) dan kontrak rumah 0,11 persen (ytd).

Berdasarkan hasil high level meeting (HLM) Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sulteng, jelas Miyono, penyebab meningkatnya tekanan inflasi pada komoditas tarif listrik karena jumlah pelanggan rumah tangga di Sulteng yang semula masuk dalam kelompok pelanggan subsidi bergeser ke kelompok pelanggan non subsidi. Yang mekanisme peralihannya diatur bertahap dan diberlakukan sejak Januari 2017.

Berdasarkan data dari PLN, total pelanggan daya 900VA di Sulteng yang semula berjumlah 112.000, kini tinggal 15.400 orang. Atau hanya 14persen pelanggan yang layak subsidi.

“Jumlah peralihan pelanggan itu merupakan salahsatu yang terbesar di Kawasan Timur Indonesia,” kata Miyono.
Kebijakan pemerintah pusat menaikkan biaya STNK pun demikian. Sejak evektif berlaku pada Januari 2017, kebijakan itu turut memberi tekanan inflasi di Sulteng yakni 0,21persen(ytd).

Sementara itu, inflasi AP menyumbang kenaikan inflasi kumulatif sebesar 0,73 persen (ytd) yang bersumber dari komoditas tarif listrik yakni 1,09 persen (ytd), tarif STNK 0,21 persen (ytd) dan bensin 0,16 persen(ytd).

Laju tekanan inflasi lainnya terang Miyono juga berasal dari kelompok volatile foods(VF). Hingga Mei 2017 menyumbang 0,68persen (ytd) terutama dari komoditas cabe rawit 0,42 persen(ytd) dan tomat buah 0,08 persen (ytd).

Pos terkait