Hal lain yang diamati di luar tugas sebagai konsultan, adalah mengamati sepintas tentang kondisi geografis, perkembangan ekonomi dan budaya masyarakat. Secara geografis Kamboja memiliki 23 Provinsi dan 4 diantaranya adalah provinsi yang memiliki pesisir (Coastal Province) yaitu Kampot, Kep, Preah Sihanouk Ville, and Koh Kong dan total penduduk mendekati 12 juta jiwa (data tahun 2016).
Selebihnya adalah provinsi yang memiliki dataran rendah yang luas dan dipergunakan untuk pengembangan produksi padi, tanaman perkebunan dan hortikultura. Produk Domestik Bruto (PDB) Kamboja di tahun 2016 hanya sekitar 1.500 USD (terendah di ASEAN) namun pertumbuhannya cukup tinggi sekitar 7 persen.
“Karena itu strategi yang dikembangkan untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan membuka lapangan kerja dalam rangka mengurangi kemiskinan adalah pengembangan sektor parawisata. Sektor ini berkembang pesat, karena di mana-mana terlihat turis asing dari berbagai Negara, memenuhi destinasi-destinasi wisata termasuk destinasi kuliner,” ujarnya lagi.
Dampak dari tingginya kunjungan wisman ini adalah meningkatnya berbagai kebutuhan, di antaranya bahan pangan khususnya hasil laut (sea food), yang disediakan oleh rumah-rumah makan skala UMKM.
“Namun, supply bahan baku terbatas dari hasil tangkapan setempat, dan import dari Vietnam maupun Thailand,” imbuhnya.
Karena itu, pemerintah Kamboja yang difasilitasi oleh FAO berupaya mengembangkan sektor budidaya, untuk memenuhi kebutuhan pangan berupa seafood seperti udang. Faktor lain yang mendukung berkembangnya sektor ini secara cepat, adalah kemampuan masyarakat Kamboja dalam berbahasa Internasional (Inggris) serta keterbukaan dan menghargai pendatang.
Dari perjalanan ini, maka hal yang dapat dipetik untuk pengembangan Provinsi Sulawesi Tengah, adalah bagaimana merancang pengembangan parawisata daerah, agar bisa menjadi pendorong penyerapan tenaga kerja dan menekan rasio GINI.
Promosi merupakan salah satu upaya, dan ini telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sulteng melalui Sejumlah iven, baik level nasional maupun internasional seperti Hari Nusantara, SAIL TOMINI, Tour de Central Celebes (TDCC) yang akan dilaksanakan pada November mendatang, serta masih banyak iven lainnya.
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana Pemerintah Kabupaten/Kota merancang kesiapan masyarakatnya serta faktor pendukung lainnya sesuai standar pengembangan Parawisata.
(abr/Palu Ekspres)